Jakarta, FORTUNE – Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Djatmiko Bris Witjaksono mengatakan, Indonesia tengah menjajaki kerja sama dagang dengan Iran. Kedua negara bahkan bakal menandatangani Preferential Trade Agreement (PTA) atau pakta perdagangan antarnegara dalam waktu dekat.
Apabila perjanjian tersebut ditandatangani, maka ini akan menjadi perjanjian kedua yang terjalin antara Indonesia dengan kawasan Timur Tengah. Pada 1 Juli 2022, Indonesia menandatangani persetujuan CEPA (Comprehensive Economic Partership Agreement) dengan Uni Emirat Arab.
"Rencananya, 23 Mei 2023 kami akan menandatangani yang namanya Indonesia-Iran PTA atau Preferential Trade Agreement," ujarnya dalam konferensi pers daring, Senin (22/5).
Meskipun perjanjian ini tidak semasif CEPA, namun dampaknya diprediksi akan cukup signifikan terutama bagi hubungan kedua negara. Selain meningkatkan hubungan bilateral, adanya perjanjian ini juga akan meningkatkan volume hingga transaksi perdagangan.
"Saat ini dengan Iran memang tidak terlalu besar, hampir sekitar US$250 juta total transaksi perdagangan bilateral, kita juga menikmati surplus yang cukup besar artinya lebih dari US$200 juta. Jadi kami yakin, dengan adanya PTA ini diharapkan transaksi perdagangan bilateral kita dengan Iran juga akan meningkat," ujarnya.
Akan membuka ekspor berbagai komoditas ke Iran
Dengan perjanjian dagang ini, Iran akan memberikan akses yang lebih luas untuk berbagai produk yang diperdagangkan, seperti makanan olahan, hasil farmasi, karet dan produk karet, tekstil dan produk tekstil, kertas, kayu dan produk kayu, mesin, kapas, alas kaki hingga kendaraan bermotor.
Sedangkan Indonesia akan memberikan akses perdagangan yang cukup besar melalui penurunan bahkan penghapusan tarif kepada Iran. Beberapa komoditas yang akan diperdagangkan yaitu minyak nabati, kakao, kopi, teh, tembakau, termasuk produk perikanan.
"Sebaliknya, kita juga akan dari sisi Indonesia akan memberikan kesempatan yang lebih besar melalui fasilitas tarif yang lebih rendah bagi beberapa produk yang dari Iran seperti bahan bakar mineral, minyak dan turunannya, bahan kimia, besi, baja, farmasi, aluminium, mesin, peralatan mekanik, makanan olahan termasuk dairy product, buah-buahan, kacang-kacangan, gandum dan produk perikanan," ujarnya.
Alasan kerja sama dagang dengan Iran
Iran merupakan salah satu pasar yang sangat strategis di Timur Tengah dengan sumber daya alam yang melimpah. Dengan kemampuan ekonomi yang cukup besar, pasar ini sangat potensial untuk dijajaki berkolaborasi baik di level pemerintah maupun pelaku usaha.
Selain itu, Iran dapat menjadi hub atau gerbang kerja sama Indonesia dengan negara-negara di sekitar kawasan tersebut, salah satunya Asia Tengah.
"Dengan adanya perjanjian dengan Iran ini akan membuka kesempatan kita masuk ke kawasan-kawasan di sekitarnya, ada Armenia, Azerbaijan atau bahkan ke Afganistan itu kita juga bisa. Atau bahkan ke Turki karena kita belum memiliki infrastruktur perjanjian perdagangan dengan pihak Turki," ujarnya.
Presiden Republik Islam Iran Seyed Ebrahim Raisi rencananya akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia pada 23-24 Mei 2023.
Dalam kunjungannya ke Indonesia, Presiden Raisi akan bertukar pandangan dan menggelar pembicaraan antara delegasi tingkat tinggi kedua negara dan penandatanganan berbagai dokumen kerja sama di sektor energi, produk farmasi dan kesehatan, produk makanan, kerja sama kepabeanan, fasilitasi perdagangan bilateral, IPTEK, budaya dan sebagainya.