Jakarta, FORTUNE – Ford Motor menyebut kenaikan inflasi mengakibatkan biaya pemasok meningkat hingga US$1 miliar atau sekitar Rp1,49 triliun, lebih besar dari perencanaan awal. Perusahaan pun memperkirakan penjualan kepada konsumen akan tertunda. Sebab, ada 40 ribu sampai 45 ribu unit kendaraan masih kekurangan suku cadang.
Perusahaan mobil kedua terbesar di dunia ini memproyeksikan pendapatan sebelum bunga dan pajak pada 2022 berkisar US$11,5 miliar hingga US$12,5 miliar. Penyesuaian target ini terjadi karena Ford mengalami keterbatasan suku cadang, serta peningkatan harga akibat inflasi.
"Berdasarkan negosiasi baru-baru ini, biaya pemasok terkait inflasi selama kuartal ketiga akan berjalan sekitar US$1 miliar lebih tinggi dari perkiraan semula,” kata manajemen Ford seperti dikutip dari Reuters, Selasa (20/9).
Kendati penjualan puluhan ribu unit kendaraan tertahan, perusahaan yakin pada kuartal empat produknya tersebut dapat segera terjual. Perusahaan pun enggan mengungkapkan suku cadang apa yang kurang dalam kendaraan tersebut. Namun, sebagian kendaraan yang tertahan berjenis truk dan SUV.
Pasokan Ford masih terganggu
Pada Juli lalu, Ford menyebut hasil penjualan semester I didorong dari kendaraan yang mempunyai margin tinggi. Hal ini turut menjadi penyeimbang dari biaya yang lebih tinggi yang dikeluarkan perusahaan.
Kenaikan biaya turut mendorong beban pasokan yang dikeluarkan perusahaan. Untuk tahun ini, diperkirakaan perusahaan akan mengeluarkan US$4 miliar. Perusahaan pun tetap secara aktif mencari cara untuk mengimbangi biaya yang melonjak.
"Para pemasok telah bekerja tanpa henti selama COVID... Kami melihat hasil dari tekanan dalam rantai pasokan," kata Chief Financial Officer Ford, John Lawler.
Hingga kini, para pembuat mobil masih menghadapi serangkaian masalah rantai pasokan. Perusahaan pun telah berulang kali menunda produksi kendaraan, yang sering kali disebabkan oleh kekurangan chip semikonduktor.