Jakarta, FORTUNE – Quality engineering manager Boeing, Sam Salehpour, memberikan kesaksian pada sidang Senat Rabu (17/4) mengenai kekhawatirannya tentang komponen-kompenen pesawat yang rusak.
Sebagai insinyur Boeing selama lebih dari 30 tahun, Salehpour bersaksi telah mencoba memperingatkan sejawatnya tentang masalah keselamatan selama tiga tahun, termasuk menulis memo dan mengirimnya ke Mark Stockton, direktur senior Teknik Boeing 787, dan Lisa Fahl, wakil presiden Boeing.
Fortune melansir, Kamis (18/4), bahwa alih-alih mendapat tanggapan atas kecemasannya itu, Salehpour mengatakan pihak Boeing malah mengabaikannya. Itulah yang menjadi awal mula akan dampak lebih luas terhadap perusahaan yang tidak mengindahkan masalah keselamatan dengan dalih produktivitas dan laba.
“Saya diabaikan. Saya diberi tahu untuk tidak melakukan penundaan. Malah saya diperintahkan, sejujurnya, untuk tutup mulut,” ujarnya.
Senator Demokrat, Richard Blumenthal, dari Connecticut menggelar sidang yang dipimpin oleh subkomite Urusan Dalam Negeri dan Pemerintahan setelah insiden penutup pintu pesawat Boeing 737 Max 9 terlepas dari pesawat Alaska Airlines di tengah penerbangan pada 5 Januari lalu.
Sejak itu, banyak pesawat Boeing mengalami kecelakaan keselamatan.
Penyelidikan Administrasi Penerbangan Federal (FAA) yang diselesaikan pada Maret menemukan bahwa Boeing gagal dalam 33 dari 89 audit produk dan mencatat ada deretan masalah di fasilitasnya.
Insiden keselamatan Boeing telah berdampak pada industri penerbangan. United Airlines melaporkan kerugian bersih US$142 juta pada kuartal pertama setelah 737 Max dilarang terbang, dan perusahaan menyebut kinerja buruk ini terjadi sebagai akibat dari kecelakaan Boeing.
Blumenthal mengatakan dalam sidang untuk memperbaiki pengawasan keselamatan di Boeing. Tidak ada manajemen Boeing, termasuk CEO Boeing Dave Calhoun, yang menghadiri sidang tersebut, meskipun telah menyatakan komitmen untuk bekerja sama. Boeing pun tidak menanggapi Fortune yang meminta verifikasi atas ketidakhadiran ini.
Mereka yang memberikan kesaksian adalah pekerja Boeing dan FAA, termasuk Salehpour. Dia menjelaskan bahwa banyak kesalahan keselamatan Boeing sebetulnya dapat dihindari jika perhatian yang lebih besar diberikan dalam mendengarkan kekhawatiran karyawan mengenai kualitas pesawat.
“Bos saya berkata, 'Saya akan membunuh seseorang yang mengatakan apa yang Anda katakan dalam sebuah pertemuan," kata Salehpour dalam kesaksiannya. “Ini bukan budaya keselamatan ketika Anda diancam karena mengemukakan masalah keselamatan.”
Boeing tidak melakukan produksi dengan baik
Dalam kesaksian, Salehpour mengatakan bahwa dia menyaksikan rekayasa buruk yang dapat membahayakan keselamatan penumpang Boeing selama menjabat sebagai quality engineering Boeing.
Dia melihat celah di antara panel-panel pesawat tidak digeser atau diisi dengan benar, sehingga meninggalkan celah-celah yang menjadi tempat jatuhnya puing-puing. Celah tersebut disebabkan oleh potongan-potongan yang tidak menyatu secara alami, yang terjepit serta diberikan tekanan yang berlebih sehingga menambah tekanan pada komponen dan dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang.
“Saya benar-benar melihat orang-orang melompati bagian-bagian pesawat agar sejajar—saya menyebutnya efek Tarzan,” katanya dalam kesaksiannya.
Salehpour menggambarkan tekanan yang ditambahkan pada bagian-bagian yang dimanipulasi secara kasar ini dengan menekuk klip kertas: Klip pada awalnya tidak rusak ketika ditekuk beberapa kali, namun setelah manipulasi yang cukup, logam tipis tersebut akhirnya patah.
Ketika Salehpour memeriksa dokumentasi inspeksi, hal tersebut membenarkan apa yang dilihatnya secara langsung: Dari 29 pesawat Boeing 787 yang diperiksa, 98,7 persen memiliki celah di badan pesawat yang melebihi spesifikasi.
“Mereka [seperti] merilis pesawat cacat,” katanya.
Peringatan berulang kali disampaikan Salehpour tentang kualitas pesawat. Hal ini membuatnya dipindahkan dari divisi Teknik Boeing 787 ke divisi Teknik Boeing 777. Sebuah proses yang mengharuskan atasannya terlebih dahulu tidak mengundangnya ke rapat tim, kemudian menawarinya pekerjaan baru di departemen lain.
“Mereka melakukannya secara sembunyi-sembunyi,” katanya.
Mendapat teror setelah bersaksi
Konsekuensi dari penentangan itu muncul ke permukaan baru-baru ini setelah pengungkap fakta (whistleblower), John Barnett, meninggal karena bunuh diri pada Maret lalu.
Mantan manajer kualitas Boeing itu mengungkap praktik buruk di North Charleston, Carolina Selatan, pada tahun 2019, tak lama setelah dua kecelakaan tragis Boeing.
Salehpour mengatakan bahwa setelah dia mengungkapkan fakta, atasannya mulai menelepon nomor pribadinya untuk mencaci-maki selama 40 menit, serta membatalkan janji dengan dokternya.
Suatu hari Salehpour menemukan paku tersangkut di salah satu ban baru mobilnya. Ketika dia membawanya ke bengkel, mekanik mengatakan kepadanya bahwa paku itu tampaknya sengaja ditancapkan di sana. Meskipun Salehpour yakin kejadian itu terjadi saat dia sedang bekerja, dia tidak punya bukti.