Kinerja Terus Tertekan, Nestle Pangkas Proyeksi Penjualan Tahun Ini

Nestle terus berupaya untuk menghadapi banyak tantangan.

Kinerja Terus Tertekan, Nestle Pangkas Proyeksi Penjualan Tahun Ini
Ilustrasi : Nestle (Shutterstock)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Penjualan Januari-September 2024 turun 2,4% menjadi US$77,4 miliar, dengan permintaan konsumen yang melemah.
  • CEO baru Nestle, Laurent Freixe, mengharapkan pertumbuhan penjualan organik sebesar 2 persen tahun ini setelah memangkas proyeksi pertumbuhan penjualan dari 4% menjadi 3%.

Jakarta, FORTUNE - Nestlé kembali menurunkan prospek kinerja 2024 dan merombak jajarannya eksekutifnya pada Kamis (17/10), lantaran produsen makanan global itu melaporkan penurunan penjualan selama sembilan bulan pertama tahun ini.

Jenama yang menjajakkan kopi kapsul Nespresso hingga makanan anjing Purina dan es krim Haagen-Dazs tersebut melaporkan penjualan periode Januari-September 2024 mencapai 67,1 miliar franc Swiss atau sekitar US$77,4 miliar, turun 2,4 persen secara tahunan dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.

“Permintaan konsumen telah melemah dalam beberapa bulan terakhir, dan kami memperkirakan akan tetap lemah,” kata CEO baru Nestlé, Laurent Freixe, seperti dikutip dari Fortune.

Nestlé menunjuk Freixe, yang sebelumnya mengepalai unit Amerika Latin, menggantikan Mark Schneider setelah penjualan melambat dan serangkaian skandal produk.

Freixe mengatakan Nestlé kini mengharapkan pertumbuhan penjualan organik, yang mengecualikan fluktuasi mata uang dan akuisisi, sebesar 2 persen tahun ini.

Secara grup, Nestle Grup telah memangkas proyeksi pertumbuhan penjualan tahunannya dari 4 persen menjadi 3 persen pada Juli lalu.

"Ini adalah langkah awal yang sangat menyakitkan bagi Nestlé, yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah baru-baru ini," kata analis Vontobel, Jean-Philippe Bertschy.

Pertumbuhan penjualan organik selama sembilan bulan pertama tahun ini mencapai 2 persen, dibandingkan pada periode sama tahun 2023 yang mencapai 7,8 persen.

Terjadi tren penurunan permintaan dari konsumen

Kepala Keuangan Nestlé, Anna Manz, mengatakan saat ini terjadi tren penurunan permintaan dari konsumen.

"Penghapusan sementara pencatatan saham di Eropa, ketegangan geopolitik yang memengaruhi perilaku konsumen, dan antisipasi pemilu di AS adalah beberapa faktor yang memengaruhi perusahaan,” ujarnya.

Raksasa FMCG Swiss ini mengandalkan promosi sebagai cara untuk memikat pelanggan yang enggan membeli lebih banyak produknya setelah menaikkan harga untuk mengimbangi biaya input yang tinggi. 

Nestlé menyoroti bahwa pada kuartal ketiga kenaikan harga gula dan kopi yang menyebabkan biaya input lebih tinggi, sebagian telah diimbangi dari penjualan dari PetCare dan produk susu. Ini menunjukkan bahwa perusahaan terus berupaya di tengah banyak tantangan.

Nestlé mengumumkan beberapa perubahan dalam struktur kepemimpinannya, termasuk menggabungkan divisi Amerika Latin dan Amerika Utara menjadi satu unit Amerika.

Wilayah Cina Raya akan menjadi bagian dari zona Asia, Oseania, dan Afrika, di antara perubahan lain yang mencakup perombakan dewan eksekutif.

“Dengan adanya perubahan organisasi ini, semua pemimpin unit utama yang mendorong kinerja dan transformasi kami sekarang akan melapor langsung kepada saya,” kata Freixe.

Magazine

SEE MORE>
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024

Most Popular

Daftar Saham Afiliasi Para Calon Menteri dalam Pemerintahan Prabowo
Investor Asal Korsel dan Cina Bakal ke Indonesia Bawa Dana Jumbo
Ini 3 Waktu Terbaik untuk Memulai Investasi Emas
Akhirnya Sri Mulyani Kenakan Bea Masuk Antidumping Keramik Impor Cina
Ini Biaya dan Perbandingan Franchise Alfamart dan Indomaret
BI: Biaya Transaksi QRIS Gratis hingga Rp500 Ribu per 1 Desember 2024