Jakarta, FORTUNE - PT Astra International Tbk (ASII) mengantongi laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp18,2 triliun pada semester I-2022, atau melonjak 106 persen dari raihan laba bersih periode sama tahun lalu yang Rp8,8 triliun.
Presiden Direktur Astra International, Djony Bunarto Tjondro, mengatakan Grup Astra mencatatkan kinerja yang baik pada hampir seluruh divisi bisnis pada semester pertama 2022. Hal ini didukung oleh membaiknya kondisi ekonomi dan meningkatnya harga komoditas secara signifikan.
"Kinerja Grup untuk sisa tahun ini diperkirakan akan tetap kuat, meskipun Grup Astra diperkirakan masih akan menghadapi situasi yang belum stabil dan diliputi ketidakpastian," ujar Djony dalam keterangan tertulis, Kamis (28/7).
Dari tujuh unit bisnis Grup Astra, divisi infrastruktur dan logistik beroleh pertumbuhan laba bersih paling tinggi, yakni 288 persen, dari Rp91 miliar menjadi Rp 353 miliar. Kinerja bisnis jalan tol memberikan sumbangsih terhadap hal tersebut.
Astra memiliki saham di ruas jalan tol yang telah beroperasi sepanjang Trans-Jawa dan tol lingkar luar Jakarta. Pendapatan dari bisnis jalan tol Grup Astra meningkat 34 persen, termasuk kontribusi dari ruas jalan tol Pandaan-Malang yang baru diakuisisi.
Kendati begitu, laba bersih unit logistik, yakni PT Serasi Autoraya, turun 2 persen menjadi Rp79 miliar. Hal ini terjadi karena menurunnya penjualan mobil bekas dan margin operasi yang lebih rendah, meskipun jumlah kontrak sewa meningkat 9 persen menjadi 25.100 unit.
Harga batu bara berikan dampak positif
Divisi kedua dengan pertumbuhan laba bersih tertinggi ialah alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi, dengan lonjakan 131 persen dari Rp2,68 triliun menjadi Rp6,19 triliun. Capaian ini terutama disebabkan peningkatan kontribusi dari penjualan alat berat, kontraktor penambangan, dan pertambangan batu bara, yang seluruhnya diuntungkan oleh harga batu bara lebih tinggi.
Namun, kebijakan larangan ekspor batu bara sementara pada Januari mengakibatkan berkurangnya volume produksi batu bara.
Divisi ketiga dengan pertumbuhan tertinggi ialah teknologi Informasi yang diwakili oleh PT Astra Graphia Tbk. Pertumbuhan laba bersihnya 71 persen, yakni dari Rp14 miliar menjadi Rp24 miliar. Kinerja ini ditopang oleh peningkatan margin usaha, walaupun pendapatan pada bisnis layanan kantor turun.
Penjualan otomotif ikut meningkat
Selanjutnya, divisi otomotif membukukan laba bersih Rp4,2 triliun atau meningkat 29 persen dari sebelumnya yang Rp3,3triliun. Hal ini mencerminkan volume penjualan lebih tinggi, baik penjualan mobil, sepeda motor, maupun komponen otomotif.
Divisi jasa keuangan mengantongi laba bersih Rp2,9 triliun atau tumbuh 36 persen dari sebelumnya Rp2,1 triliun. Kinerja laba bersih ditunjang oleh peningkatan kontribusi dari bisnis pembiayaan konsumen, baik mobil, sepeda motor, maupun alat berat.
Terdampak larangan ekspor CPO
Divisi agribisnis membukukan laba bersih Rp645 miliar atau tumbuh 25 persen dari semula Rp517 miliar, terutama disebabkan harga minyak kelapa sawit yang lebih tinggi, yakni mencapai 46 persen dari sebelumnya.
Padahal, volume penjualan minyak kelapa sawit dan produk turunannya turun 32 persen menjadi 635.000 ton, akibat kebijakan larangan sementara ekspor kelapa sawit pada kuartal kedua. "Situasi yang tidak pasti pada agribisnis diperkirakan masih akan terjadi hingga akhir tahun," ujarnya.