Penjualan Apartemen Diproyeksikan Makin Lesu Pada Semester 2

PPN DTP pada segmen apartemen kurang menarik konsumen.

Penjualan Apartemen Diproyeksikan Makin Lesu Pada Semester 2
Ilustrasi apartemen di Jakarta. Shutterstock/CAHYADI SUGI
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Colliers Indonesia memprediksi penurunan penjualan apartemen paruh kedua 2024 akibat berakhirnya insentif PPN DTP 100%.
  • Kepala Riset Colliers, Ferry Salanto, menyatakan tantangan besar bagi pengembang apartemen dalam mencapai angka penjualan seperti tahun sebelumnya.
  • Penjualan apartemen pada periode PPN DTP 100% dinilai tidak optimal dengan hanya 330 unit terjual sepanjang tahun 2024 dibandingkan dengan 1.375 unit pada tahun sebelumnya.

Jakarta, FORTUNE - Colliers Indonesia memprediksi bahwa penjualan unit Apartemen akan menurun pada paruh kedua 2024. Hal ini disebabkan oleh berakhirnya masa pemberian insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) sebesar 100 persen.

Kepala Riset Colliers Indonesia Ferry Salanto, menyatakan bahwa berakhirnya Insentif PPN DTP 100 persen akan menjadi tantangan bagi para pengembang apartemen dalam memasarkan produknya.

“Untuk semester 2 ini akan menjadi tugas yang cukup besar bagi pengembang apartemen untuk mencapai angka penjualan seperti tahun sebelumnya,” ujar Ferry dalam konferensi pers virtual, Rabu (3/7).

Tantangan penjualan apartemen pada paruh kedua semakin nyata setelah penjualan apartemen pada periode PPN DTP 100 persen dinilai tidak optimal. Sepanjang tahun berjalan 2024, penjualan apartemen yang tercatat oleh Colliers hanya sebanyak 330 unit. Padahal sepanjang tahun 2023 mencapai 1.375 unit.

Menurut Ferry, ada tren bahwa insentif PPN DTP tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh para pengembang apartemen. Namun, dia belum dapat menjelaskan secara rinci mengapa insentif pajak yang diberikan pemerintah sejak November 2023 hingga Juni 2024 tidak mampu mendongkrak penjualan hunian vertikal secara signifikan.

“Di apartemen memang ada beberapa proyek yang tidak terlalu mengejar momen tersebut. Kita belum tahu sebabnya, karena ini memerlukan riset yang lebih mendalam terkait mengapa PPN DTP tidak segera dimanfaatkan oleh pengembang apartemen,” tambahnya.

Pengembang apartemen beralih fokus ke rumah tapak

Dengan semakin berkurangnya minat terhadap segmen apartemen, pengembang mulai beralih fokus pada peluncuran rumah tapak dalam beberapa tahun terakhir, karena insentif PPN lebih menguntungkan untuk sektor rumah tapak.

Menurut Ferry, tingkat hunian apartemen di Jakarta pada kuartal II/2024 tercatat sebaesar 58,2 persen, meningkat 190 basis poin dibandingkan dengan kuartal I/2024 yang sebesar 56,3 persen.

Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, tingkat hunian juga turun 150 basis poin dari 57 persen pada kuartal II/2023 menjadi 58,5 persen pada kuartal II/2024.

Ke depan, penjualan proyek apartemen yang sudah beroperasi diperkirakan akan terus mendominasi pasar. Namun, tetap akan ada perlambatan karena insentif PPN DTP turun menjadi 50 persen pada kuartal ini.

“Mereka beralasan berfokus pada rumah tapak, karena membutuhkan waktu yang lebih singkat. Sehingga bisa mengejar periode insentif PPN itu masih berlaku,” ujarnya.

Implementasi penyaluran PPN DTP 2024 diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 7 Tahun 2024 tentang Pajak Pertambahan Nilai Atas Penyerahan Rumah Tapak dan Satuan Rumah Susun yang Ditanggung Pemerintah Tahun Anggaran 2024.

Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa PPN ditanggung pemerintah diberikan untuk, pertama, penyerahan yang tanggal berita acara serah terima mulai 1 Januari 2024 sampai dengan 30 Juni 2024, sebesar 100 persen dari PPN yang terutang dari bagian dasar pengenaan pajak sampai dengan Rp2 miliar dengan harga jual maksimal Rp5 miliar.

Kedua, penyerahan yang tanggal berita acara serah terima mulai 1 Juli 2024 sampai 31 Desember 2024, sebesar 50 persen dari PPN yang terutang dari bagian dasar pengenaan pajak sampai dengan Rp2 miliar dengan harga jual paling banyak Rp5 miliar.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024