Serangan Iran dan Israel Mengancam Anggaran Subsidi BBM Indonesia

Harga minyak mentah diperkirakan sampai US$100 per barel.

Serangan Iran dan Israel Mengancam Anggaran Subsidi BBM Indonesia
ilustrasi kilang minyak (unsplash.com/Robin Sommer)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Direktur Jenderal ESDM: Serangan Iran terhadap Israel akan beban APBN Indonesia karena dampaknya terhadap subsidi BBM.
  • Harga minyak mentah ICP diperkirakan akan menyentuh US$100 per barel, melebihi asumsi pemerintah sebesar US$82 per barel.
  • Kenaikan harga minyak dan kurs akan berdampak pada kenaikan PNBP, subsidi energi, dan kompensasi energi hingga ratusan triliun rupiah.

Jakarta, FORTUNE – Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji, merespons serangan Iran terhadap Israel.

Menurutnya, jika melihat dampaknya terhadap subsidi bahan bakar minyak (BBM), maka akan menjadi beban terhadap APBN Indonesia.

"Kenaikan harga minyak ke depan akan mengandung risiko geopolitik, dan anggota OPEC saya kira akan meredam kenaikan harga ke depan untuk menyeimbangkan harga," kata dia saat diskusi virtual Eisenhower Fellowships Indonesia Alumni Chapter x IDN Times, Senin (15/4).

Dalam jangka pendek, Tutuka mengatakan Harga Minyak Mentah mentah atau Indonesia Crude Price (ICP) akan menyentuh level US$100 per barel.

Padahal, dalam asumsi ekonomi makro APBN 2024, pemerintah mematok ICP sebesar US$82 per barel. 

Dia menjelaskan bahwa di Indonesia, setiap kenaikan ICP US$1 per barel akan berakibat kepada kenaikan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sekitar Rp1,8 triliun.

Namun, kenaikan subsidi juga sama, sekitar Rp1,8 triliun dan kompensasi energi mencapai Rp5,3 triliun.

Kemudian untuk kenaikan kurs, tiap Rp100 per dolar AS akan berdampak pada kenaikan subsidi energi sekitar Rp1,2 triliun dan kompensasi Rp3,9 triliun.

Mengenai subsidi dan kompensasi BBM, solar dan LPG, jika ICP diperkirakan naik sampai US$100 per barel, maka subsidi dan kompensasi BBM naik menjadi Rp200 triliun—250 triliun dari sekarang, dengan asumsi APBN sekitar Rp161 triliun. 

Kemudian, subsidi LPG juga bisa naik menjadi Rp106 triliun dari asumsi sekarang APBN Rp83,2 triliun.

"Tentunya totalnya akan sangat besar. Bisa sampai Rp213 triliun total subsidi kompensasi BBM dan LPG," ujarnya.

Akan mencari sumber impor minyak mentah negara lain

Dengan adanya potensi kenaikan subsidi BBM, Tutuka mengatakan Pertamina sebagai perusahaan pelat merah yang menjalankan penugasan dalam energi sedang mencari skema yang tepat apabila itu terjadi, seperti mencari sumber impor minyak mentah dari negara lain.

“Impor crude kita mayoritas berasal dari Arab Saudi dan Nigeria. Ini yang akan disesuaikan Pertamina untuk antisipasi eskalasi berlanjut,” ujarnya.

Meski begitu, Tutuka mengatakan pihaknya masih terus meninjau apakah konflik ini akan cenderung berkelanjutan atau tidak, dengan menunggu reaksi Israel dan Amerika sebagai negara pendukung Israel atas serangan tersebut.


 

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024