Jakarta, FORTUNE - Hingga Juni 2024, kawasan pusat niaga (CBD) Jakarta takkan menerima pasokan ruang baru. Menurut laporan Cushman & Wakefield, nihilnya pasokan baru ruang kantor ini diprediksi akan berlansung hingga akhir 2024 sehingga jumlahnya tetap 7,4 juta meter persegi.
Direktur Strategic Consulting Cushman & Wakefield Indonesia, Arief Rahardjo, mengatakan, dampak dari absennya luas tambahan akan memulihkan tingkat okupansi ruang Perkantoran di Jakarta.
“Permintaan sewa tetap aktif selama kuartal kedua 2024, terutama dari penyewa yang merencanakan dan mencari opsi relokasi di tahun depan,” kata dia dalam konferensi pers virtual, Kamis (25/7).
Arief mengatakan terdapat relokasi perusahaan pertambangan dari area Kuningan ke Sudirman, dengan setidaknya 6000 meter persegi ruang perkantoran di CBD yang terserap oleh perusahaan itu.
“Penyerapan bersih positif sebesar 33.700 meter persegi tercatat selama kuartal dua 2024, membawa penyerapan bersih sepanjang tahun ini menjadi 70.300 meter persegi,” ujar Arief.
Sebagian besar penyerapan masih didominasi oleh perkantoran Grade A sekitar 79 persen, diikuti oleh perkantoran Grade B sekitar 18 persen, dan perkantoran Grade C sekitar 3 persen dari total penyerapan bersih.
Tingkat okupansi keseluruhan di CBD terus meningkat selama kuartal ulasan sebesar 0,5 persen menjadi 74,0 persen pada akhir Juni 2024.
Bangunan Grade B mengalami peningkatan okupansi tertinggi sebesar 1,0 persen, diikuti oleh bangunan Grade A sebesar 0,5 persen.
Sementara bangunan Grade C mengalami sedikit penurunan tingkat okupansi sekitar 0,4 persen karena tingginya tingkat kekosongan pada beberapa kelas tersebut di wilayah Kuningan.
Biaya sewa uang perkantoran stabil
Hingga akhir Juni 2024, Arief mengatakan harga sewa dasar rata-rata dalam rupiah tetap stabil pada kuartal II-2024, yakni di Rp167.100 per meter persegi per bulan. Tarif sewa ini hanya mengalami kenaikan tipis secara kuartalan pada 0,2 persen.
Namun dalam dolar AS, harga sewa dasar turun 3,1 persen secara kuartalan, terutama karena melemahnya rupiah terhadap dolar AS.
Sementara itu, service charge tetap stabil pada Rp93.700 per meter persegi per bulan.
Arief mengatakan biaya layanan diperkirakan tidak akan mengalami penyesuaian signifikan hingga akhir 2024.
“Permintaan diperkirakan akan tetap positif selama semester kedua tahun ini, dan tingkat okupansi keseluruhan diproyeksikan meningkat lebih lanjut karena tidak adanya pasokan baru,” katanya.