Jakarta, FORTUNE - Terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat memicu kekhawatiran akan Perang Dagang jilid baru antara AS dan Cina. Pasalnya, Trump berencana memberlakukan tarif baru sebesar 60 persen pada seluruh barang impor dari Cina, melanjutkan pendekatan proteksionis yang telah menjadi ciri khasnya sejak masa jabatan pertamanya.
Wakil Menteri PerIndustrian (Wamenperin) Faisol Riza, mengatakan ketegangan ini justru membuka peluang besar bagi Indonesia untuk menarik investasi global yang kini tengah mencari lokasi alternatif.
"Setelah terpilih kembali, Presiden Trump semakin serius menerapkan pembatasan terhadap barang-barang dari Cina. Ini mendorong perusahaan Tiongkok, terutama yang berorientasi ekspor, mencari tempat baru untuk menjalankan operasinya," kata Faisol gelaran link and match atau temu bisnis industri otomotif, Selasa (10/12).
Menurutnya, Vietnam telah mengambil langkah agresif untuk menarik investasi, termasuk menurunkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 8 persen.
"Kami, Pemerintah Kementerian Perindustrian lagi mendiskusikan dan mengajak K/L lain supaya bisa sama-sama menangkap peluang-peluang seperti ini," ujarnya.
Indonesia perlu memanfaatkan momen saat ini dimana banyak perusahaan dari Tiongkok sedang mencari tempat baru untuk melanjutkan aktivitas bisnis dan usahanya, terutama yang berorientasi ekspor.
Perubahan peta perdagangan global akibat kebijakan proteksionis AS memberi peluang besar bagi Indonesia sebagai salah satu tujuan investasi. Caranya, bisa dengan menawarkan 'pemanis' atau insentif yang menarik untuk menarik minat perusahaan-perusahaan yang tengah mencari lokasi baru dengan langkah cepat. "Siapa cepat, dia dapat. Kalau kita lambat, peluang ini akan diambil negara lain," kata Faisol.
Menggarap semua potensi untuk industri
Indonesia, menurut Faisol, memiliki potensi besar melalui pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM). Program seperti peningkatan daya saing, sertifikasi, fasilitasi manajemen mutu, dan integrasi digital menjadi andalan untuk menarik perhatian investor.
"Kita perlu menunjukkan bahwa kolaborasi antara IKM dan industri besar di Indonesia sudah teruji. Ini bisa menjadi nilai tambah bagi calon investor," katanya.
Selain itu, pemerintah berencana mengembangkan business matching antara pengusaha besar dan pelaku usaha lokal untuk menciptakan kolaborasi yang saling menguntungkan.
Meski memiliki peluang besar, Indonesia juga menghadapi tantangan untuk bersaing dengan negara-negara seperti Vietnam yang agresif menarik investasi asing. Faisol mengajak pihak lain untuk bekerja sama, termasuk pemerintah daerah dan sektor swasta, guna memperkuat daya tarik Indonesia.
"Dengan langkah kolaboratif dan program fasilitasi yang kuat, kita tidak hanya bisa menjadi tujuan investasi, tetapi juga membangun ekonomi yang lebih tangguh di tengah ketidakpastian global," tuturnya.
Indonesia kini berada di persimpangan penting. Jika langkah strategis diambil dengan cepat, negara ini memiliki potensi besar untuk menjadi pusat manufaktur baru di Asia Tenggara, mengisi celah yang ditinggalkan oleh ketegangan AS-Cina.