Jakarta, FORTUNE - Pengambilan keputusan berdasarkan data menjadi krusial agar proses bisnis berjalan lancar. Saat ini, intervensi Artificial Intelligence (AI) dalam proses pengambilan keputusan para Chief Executive Officer (CEO) mulai populer untuk mendapat kebijakan yang makin akurat.
IBM Institute for Business Value, dalam seri IBM C-Suite Study edisi ke-28: The CEO Study 2023, mencoba mempelajari sikap para CEO yang mulai mempertimbangkan AI untuk membantu mengambil keputusan. Institusi ini pun mewawancarai 3,000 CEO dari 30 negara dan 24 industri yang berbeda. Hasilnya? IBM memaparkan temuan-temuan menarik.
Salah satunya, mayoritas CEO perusahaan global saat ini berlomba-lomba untuk menerapkan kecerdasan buatan. Mereka optimis keputusan yang diraih dengan bantuan AI dapat memberikan output yang lebih baik kepada bisnis.
75 Persen CEO Optimis Pada Penerapan AI
Faktanya 44 persen CEO yang disurvey sempat menyesali beberapa keputusannya yang diambil dalam kurun waktu tiga tahun ke belakang. Untuk meminimalisir hal ini, stakeholder dan investor mendorong jajaran manajemen untuk mengakselerasi penerapan AI dalam bisnis.
“Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi, common sense, dan pengetahuan itu sangat bagus dan tidak boleh hilang. Namun, semakin banyak dukungan analitik yang kita punya, akan semakin baik,” tulis CEO CaixaBank, Gonzalo Gortázar seperti yang dikutip dalam studi IBM, 31 Juli 2023.
Mayoritas CEO percaya bahwa mereka yang memiliki AI terkini, dapat memenangkan industri. Tiga dari empat atau sebanyak 75 persen responden studi IBM percaya bahwa penerapan AI akan mampu memberikan competitive advantage dalam bisnis. Sebanyak 1500 CEO atau 50 persennya sudah mulai menerapkan AI dalam produk dan layanan mereka. Bahkan 43 persen CEO percaya diri untuk melibatkan AI dalam keputusan-keputusan strategis perusahaan.
Memang, mayoritas pengambilan keputusan CEO masih bergantung pada data operasional (76 persen) dan finansial (75 persen). Namun, tiga dari empat CEO menekankan bahwa keputusan penting tidak bisa diambil berdasarkan data saja. Sebanyak 63 persen CEO mempertimbangkan input dari orang-orang terdekat. Sementara lebih dari setengah (54 persen) lainnya menekankan pada pengalaman personal dan intuisi masing-masing CEO.
Meskipun CEO optimis akan penerapan AI, studi IBM juga menemukan bahwa dua dari tiga responden belum memiliki visi yang jelas tentang cara untuk membantu Sumber Daya Manusia (SDM) beradaptasi dengan cara baru ini. Transisi dan disrupsi yang terjadi dengan pelibatan AI tentunya akan mengganggu proses bisnis yang sudah berjalan.
Kesiapan organisasi untuk mengadopsi AI juga masih dipertanyakan. Studi IBM menemukan bahwa hanya 29 persen tim eksekutif non-CEO yang percaya diri bahwa mereka memiliki ekspertis untuk mengadopsi penerapan AI. Padahal, kejelasan dan keselarasan visi mengenai AI perlu dimiliki karena akan berdampak pada pengambilan keputusan penting dari investasi besar dalam adopsi AI ke dalam perusahaan.
“Mengamankan ahli digital saat ini menjadi tantangan terbesar kami dan saya yakin hal ini juga terjadi di semua industri,” tulis Tomoyuki Takaya, CEO, Cardif Assurances Risques Divers Japan / Chief Marketing and Transformation Officer, BNP Paribas Cardif Japan.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Apakah bisnis Anda siap untuk menerapkan AI dan menjadi yang terdepan? Cari tahu jawabannya dalam acara Think Experience Jakarta 2023. Di sini, #MariBerkreasi dalam bisnis dengan inovasi teknologi terkini. Di IBM Think Experience & Tech Summit 2023, Anda bisa mendapat inspirasi melalui diskusi dengan para pemimpin bisnis dan teknologi terkemuka tentang penggunaan AI dalam bisnis yang memacu efisiensi, akurasi, dan keamanan data di Indonesia.
Think Experience Jakarta 2023 akan digelar pada Kamis, 10 Agustus 2023 di The Ritz-Carlton Pacific Place, SCBD Jakarta. Untuk informasi lebih lengkap, cek juga berbagai solusi inovatif untuk mendigitalisasi bisnis yang ditawarkan IBM Indonesia pada link ini. Siapkah anda jadi yang terdepan? (WEB)