Jakarta, FORTUNE - Situasi perekonomian di 2023, khususnya bagi perusahaan-perusahaan di sektor teknologi memang tengah tidak baik-baik saja. Berbagai faktor ketidakpastian ekonomi serta kebutuhan pelanggan yang berubah pascapandemi menuntut tiap perusahaan untuk berinovasi dan beradaptasi.
Salah satunya adalah PT Global Digital Niaga Tbk (Blibli) yang terus mendorong ekosistem digital terintegrasi serta layanan omnichannel-nya untuk tetap tumbuh dan resilien. CEO & Co-Founder Blibli, Kusumo Martanto menyebut, pihaknya saat ini berkembang dari yang tadinya e-commerce platform menjadi omnichannel commerce dan lifestyle platform. Hal tersebut dilakukan melalui akuisisi tiket.com pada 2017 dan Ranch Market pada akhir 2021 lalu dan membentuk ekosistem terintegrasi, Blibli Tiket.
“Kesatuan ekosistem yang kami bangun menggabungkan keunggulan layanan e-commerce dari Blibli, online travel agent melalui tiket.com, dan kekuatan Ranch Market untuk penawaran produk segar dan kebutuhan sehari-hari bagi pelanggan, sehingga kami dapat menjawab kebutuhan pelanggan baik masa kini maupun akan tetap relevan di masa mendatang. Konsistensi dalam menjalankan digitalisasi, menjadikan Blibli sebagai perusahaan teknologi yang future-ready dan relevan dengan ekosistem perusahaan yang inklusif,” ujarnya.
Kuatnya ekosistem Blibli Tiket juga didukung inovasi teknologi terkini, seperti Artificial Intelligence/Machine Learning serta proprietary data analytics yang mengurasi dan menawarkan produk yang lebih personalized kepada tiap pelanggan. Dengan begitu, Blibli memiliki unified view of customers. Alhasil, customer retention pun meningkat yang berdampak positif terhadap menurunnya customer acquisition costs serta menjadikan customer lifetime value meningkat.
Selain produk dan layanan personal, Blibli juga menjaga loyalitas pelanggan dengan Blibli Tiket Rewards. Sistem unified loyalty points ini memberikan benefit eksklusif bagi pelanggan setia dan bisa digunakan pada seluruh platform Blibli Tiket. Tak ketinggalan di akhir 2022, Blibli memiliki 126 toko fisik untuk consumer electronics dan 70 outlet supermarket Ranch Market, serta berambisi terus memperkuat strategi omnichannel-nya.
Kinerja positif jadi modal Blibli
Melalui berbagai layanan dan kemudahan yang ditawarkan, kinerja Blibli pun semakin baik tiap tahunnya. Lihat saja pertumbuhan Total Processing Value (TPV) yang melesat sebesar 89% year-on-year (yoy). Angkanya tumbuh dari Rp32,4 triliun di sepanjang tahun 2021 menjadi Rp61,4 triliun di tahun 2022.
Perusahaan juga mencatatkan pertumbuhan Pendapatan Netto (Net Revenue) konsolidasi sebesar 72% dari Rp8,9 triliun sepanjang tahun 2021 menjadi Rp15,3 triliun sepanjang tahun 2022. Sedangkan persentase EBITDA konsolidasi terhadap TPV menunjukkan peningkatan kinerja dari -10,4% sepanjang tahun 2021 menjadi -7,8% sepanjang tahun 2022.
Bangun bisnis dari awal
Kinerja baik tersebut tersebut tentunya tidak dibangun dalam semalam. Besarnya bisnis Blibli saat ini tidak lepas dari upaya Kusumo Martanto sebagai CEO. Ia bercerita, banyak jalan berliku dan tantangan yang dilalui perusahaan untuk mencapai titik ini.
“Merupakan suatu tantangan berat di awal mula kami membangun bisnis ini, karena dari sisi seller pun rata-rata belum mempunyai kepercayaan untuk berjualan online. Hingga Blibli soft launching di Bulan Mei 2011, hanya ada 10 partner yang membuka tokonya saat itu dan barang yang dijual hanya sedikit sekitar 300 jenis,” ujarnya.
Meski tidak mudah, Blibli nyatanya terus menunjukkan komitmen terbaik terhadap seller maupun pelanggan. Perseroan pun bisa terus bertumbuh sampai saat ini menjadi trusted omnichannel commerce and lifestyle ecosystem serta memenuhi hampir 90% kebutuhan masyarakat Indonesia.
Akhir kata, ekosistem terintegrasi Blibli Tiket, layanan omnichannel, serta kegigihan CEO menjadi fondasi dari resiliensi Blibli saat ini. Meski tak mudah, perusahaan akan terus mengembangkan layanannya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan baik secara online maupun offline. (WEB)