Shell ExpertConnect, Bahas Kepemimpinan hingga Tantangan Logistik

Supaya biaya logistik bisa semakin terjangkau

Shell ExpertConnect, Bahas Kepemimpinan hingga Tantangan Logistik
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia, Rhenald Kasali (kiri), Managing Director Lubricants Shell Indonesia, Andri Pratiwa (tengah), dan Presiden Direktur DHL Global Forwarding Indonesia, Nicholas Bongsosartono (kanan)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Shell Indonesia menggelar Shell ExpertConnect melalui siniar atau podcast yang mengusung tema "CEO Leading the Way: Can Personal Leadership Optimizes Logistics?" pada Rabu, (30/10). Acara ini dimoderatori oleh Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia, Rhenald Kasali dengan Managing Director Lubricants Shell Indonesia, Andri Pratiwa dan Presiden Direktur DHL Global Forwarding Indonesia, Nicholas Bongsosartono sebagai narasumber.

Diskusi ketiganya membahas tentang kepemimpinan efektif yang dapat mengatasi tantangan dalam industri logistik di Indonesia, sekaligus mendorong keberlanjutan (sustainability).

Tidak bisa dimungkiri, biaya logistik di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi. Rhenald mengungkapkan biaya logistik Indonesia masih di kisaran 14,3 persen. Angka ini terpaut cukup jauh jika dibandingkan Singapura di 8 persen dan Jepang di 10 persen.

Salah satu alasan perbedaan biaya logistik, menurut Nicholas, adalah Indonesia berupa negara kepulauan. Kondisi ini membuat perbedaan medan geografis dari setiap pulau dan biaya pengiriman yang berbeda.

Senada, Andri, sebagai perusahaan energi yang mendukung industri logistik melalui sektor pelumas, Shell Indonesia juga memahami beberapa pain point yang timbul dari kondisi tersebut. Pertama adalah soal keandalan. Bisnis logistik sangat memerlukan transportasi andal seperti truk kapasitas besar yang dirawat dengan baik.

“Kedua adalah biaya atau cost. Memang ini salah satu faktor yang kita juga ingin berkontribusi. Kita melihat bahwa cost terbesar dari logistik itu dari bahan bakar atau fuel. Tergantung dari seberapa efisien mereka bisa melakukan pemeliharaan maintenance,” ujar Andri.

Ia menyebut, Shell Indonesia melalui lini produk Shell Rimula membantu mitra industri logistik untuk menurunkan cost tersebut dengan teknologi lubrikasi terkini. Memang, pelumas seperti oli mesin terhitung di bawah 3 persen dari cost keseluruhan operasional industri logistik. Meskipun demikian, lubrikasi yang tidak baik dapat menyebabkan efek domino fatal.

Ber-impact kepada spare part-nya, pemborosan di fuel-nya. Kalau ini lubricant bagus, efficient, dia (truk) lebih efficient dari sisi fuel. Kedua, dari sisi spare part-nya juga nggak perlu ada penggantian. Ini adalah salah satu faktor opportunity yang harus kita kembangkan di industri logistik,” jelas Andri.

Kemudian, pain point selanjutnya soal komitmen untuk mencapai sustainability atau keberlanjutan. Shell Rimula, pelumas untuk truk dan kendaraan komersial, turut mendukung industri logistik dalam aspek ini dengan menyediakan produk-produk yang rendah emisi.

“Solusi yang kita berikan dari sisi pelumasan adalah molekulnya atau bahan dasarnya. Ada yang lebih environment friendly. Arahnya ke depan, kita menggunakan pelumas yang biodegradable,” jelas Andri.

Pengembangan SDM Shell Indonesia

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia, Rhenald Kasali (kiri), Managing Director Lubricants Shell Indonesia, Andri Pratiwa (tengah), dan Presiden Direktur DHL Global Forwarding Indonesia, Nicholas Bongsosartono (kanan)

Berkutat dengan people business seperti logistik juga tidak lepas dari pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Andri menjelaskan, Shell Indonesia rutin melakukan blended learning untuk melatih karyawan-karyawannya, termasuk di sektor pelumas. Pelajaran yang didapat dari pelatihan ini pun selanjutnya dipraktikkan untuk memastikan perkembangan kompetensi setiap SDM.

Selanjutnya menurut Andri, Perusahaan akan melakukan grading untuk mengevaluasi tiap-tiap karyawan. Shell Indonesia pun dengan ini dapat menjodohkan SDM yang tepat untuk masing-masing partner bisnis.

“Kita make sure bahwa kalibrasi kompetensi dari employee kita terus ter-update kepada market,” jelas Andri.

Kemudian supaya tiap karyawan bisa tetap adaptif, Andri mengadaptasi konsep 3H, yaitu  Hunger, Humble, dan Helpful. Konsep ini diharapkan dapat mendorong karyawan untuk terus belajar mengikuti perkembangan zaman yang cepat dan tetap adaptif di masa kini. 

“Kita ingin menjadi partner yang dipercaya, kredibel. Goal kita untuk menjadi trusted partner di industri ini (logistik). Kesuksesan mereka sangat penting terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia,” tutupnya. (WEB)

Magazine

SEE MORE>
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024

Most Popular

Saingi Mobil Listrik Cina, Raksasa Jepang Honda dan Nissan Mau Merger?
BBRI Bagikan Dividen Interim Rp135 per Saham, Ini Jadwalnya!
Adrian Gunadi Masuk DPO, Masih Buron Dari Kasus Investree
“Juru Selamat” BCA pada 1998, Djohan Emir Mundur Dari Kursi Komisaris
Alamtri (ADRO) Bagi Dividen Rp3,2 Triliun, Ini Jadwalnya!
Ini Kinerja Keuangan Alfamart (AMRT), Tutup Ratusan Gerai