PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) menempatkan keberlanjutan sebagai bagian utama dari visi perusahaan untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pemangku kepentingan. Upaya ini berlandaskan Falsafah Tiga Tangan yang telah memandu perusahaan yang tahun ini genap berusia 110 tahun.
Presiden Direktur Sampoerna, Vassilis Gkatzelis, mengatakan prinsip keberlanjutan diwujudkan dalam Payung Program Keberlanjutan “Sampoerna Untuk Indonesia” dengan mengadopsi kerangka Environmental, Social, and Governance (ESG) yang merupakan perhatian utama Philip Morris International (PMI) selaku induk perusahaan.
“Ada dua pilar dalam kerangka ESG kami. Pertama, terkait produk yang dihasilkan. Kedua, terkait operasional perusahaan,” ujarnya di Jakarta, Kamis (12/9/2023).
Pria yang baru saja dinobatkan sebagai Businessperson of the Year 2023 oleh FORTUNE Indonesia ini menegaskan, pilihan terbaik ialah tidak merokok atau berhenti merokok. Namun, bagi konsumen dewasa yang ingin mengonsumsi produk tembakau, pilihannya ialah memilih alternatif yang lebih baik.
Sampoerna berupaya menghadirkan produk yang lebih baik itu melalui produk inovatif berbasis sains dan teknologi, yakni tembakau bebas asap atau IQOS. Produk ini lahir melalui riset dan kajian ilmiah yang dilakukan PMI sejak 2008 silam.
PMI berinvestasi lebih dari US$10,5 miliar untuk mengkaji, meneliti, memproduksi, dan memasarkan produk tembakau inovatif bebas asap. Berbeda dengan rokok yang dibakar sehingga menghasilkan asap, produk ini memanaskan tembakau asli tanpa pembakaran.
Alasannya, kajian ilmiah PMI menemukan bahwa dengan meniadakan pembakaran atau dengan pemanasan terhadap produk tembakau, maka paparan zat-zat berbahaya dan berpotensi berbahaya menurun 90% sampai 95% dibandingkan dengan rokok.
“Kami percaya produk inovatif bebas asap sangat relevan untuk perokok dewasa di Indonesia yang memilih untuk terus menggunakan produk tembakau,” katanya.
Di Tanah Air, Sampoerna melakukan skema uji pasar terbatas sejak Maret 2019 guna mempelajari potensi pasar dan cara-cara terbaik untuk memperkenalkan produk tembakau inovatif bebas asap melalui IQOS Club. Saat ini, IQOS Club memiliki lebih dari 100.000 anggota.
Sampoerna juga telah meresmikan fasilitas produksi produk tembakau inovatif bebas asap bagi perangkat pemanas tembakau IQOS sejak awal 2023 di Karawang. Fasilitas produksi pertama di Asia Tenggara ini mulai beroperasi pada akhir 2022 dengan realisasi investasi lebih dari US$186 juta.
Produk tembakau inovatif bebas asap yang diproduksi di Karawang ini tidak hanya untuk pasar domestik, tetapi juga pasar ekspor di Kawasan Asia Pasifik.
Tidak berhenti pada produk yang lebih baik, lanjut Vassilis, Sampoerna selalu memastikan penjualan produk hanya untuk perokok dewasa. Sejak 2013 Sampoerna aktif mengampanyekan Program Pencegahan Akses Pembelian Rokok oleh Anak yang telah bertransformasi menjadi Program Pencegahan Akses Pembelian Produk Nikotin oleh Anak. Untuk program ini, Sampoerna bekerja sama dengan berbagai mitra ritel, termasuk yang tergabung dalam Sampoerna Retail Community (SRC).
Realisasi komitmen Sampoerna terhadap bisnis keberlanjutan nyatanya berbuah manis. Sejak 2005 Sampoerna menginvestasikan hampir US$6,3 miliar di Indonesia. Saat ini, Sampoerna mempekerjakan lebih dari 76.000 karyawan, secara langsung dan tidak langsung, dan menjadi service hub bagi 39 negara dengan 3.000 karyawan Indonesia dalam bidang TI hingga rantai pasok. Investasi dan dampak ekonomi yang signifikan ini tidak saja memantapkan komitmen Sampoerna sebagai salah satu investor berkelanjutan di Indonesia, tetapi juga komitmennya dalam mendorong hilirisasi industri tembakau nasional berorientasi ekspor.
ESG pada Operasional Perusahaan
Vassilis mengatakan, Sampoerna senantiasa konsisten untuk meminimalisasi dampak negatif terhadap lingkungan, serta memastikan semua fasilitas produksi dan kegiatan operasional dijalankan dengan efisien dan optimal, serta patuh pada peraturan yang berlaku.
Sampoerna memiliki tujuh fasilitas produksi yang dioperasikan secara langsung termasuk pabrik produk bebas asap di Karawang, serta 38 Mitra Produksi Sigaret yang dimiliki pengusaha lokal di 28 kabupaten/kota di Pulau Jawa.
“Kami berupaya mencapai target karbon netral di tujuh fasilitas produksi pada 2025, sejalan dengan target PMI untuk mencapai karbon netralitas di seluruh afiliasi. Sampoerna juga berupaya mengurangi jumlah limbah yang dibuang ke TPA dari fasilitas produksi tersebut hingga nol pada 2024,” paparnya.
Untuk mendukung pencapaian tersebut, Sampoerna menambah lebih dari 10.000 panel surya terpasang di lahan seluas 7 hektar di fasilitas produksi di Pasuruan, Jawa Timur, yang menghasilkan listrik 7 megawatt per jam (MWh). Sampoerna menggunakan sumber energi ramah lingkungan bagi fasilitas produksinya di Surabaya, Malang, dan Karawang sejak 2016 dan beragam inisiatif ini mendapatkan sertifikasi dari lembaga internasional.
Sampoerna juga mendorong praktik daur ulang air, konservasi daerah aliran sungai, dan pengelolaan air berkelanjutan melalui kerja sama dengan para pemangku kepentingan.
Untuk pengelolaan air, Sampoerna adalah perusahaan pertama di Indonesia yang memiliki sertifikasi internasional dari Alliance for Water Stewardship untuk inisiatif konservasi air di dua fasilitas produksi di Pasuruan, Jawa Timur, sejak 2019 dan di Karawang, Jawa Barat, sejak 2021.
“Pada 2022, kami telah berhasil mencapai pengurangan penggunaan air sebesar 44% dalam operasi kami dalam waktu empat tahun,” tambahnya.
Selain upaya meminimalisasi dampak lingkungan di fasilitas produksinya, Sampoerna juga konsisten melakukan kegiatan penghijauan di sekitar lokasi operasionalnya. Setiap tahun, Sampoerna aktif dalam kegiatan World Cleanup Day. Pada 2023 Sampoerna menggelar sejumlah kegiatan di Bali, Surabaya, Karawang, dan Jakarta untuk penanaman mangrove hingga pelatihan pengelolaan limbah bersama karyawan dan masyarakat setempat.
Pemberdayaan UMKM
Vassilis menambahkan, di bawah Payung Program Keberlanjutan “Sampoerna Untuk Indonesia,” perusahaan juga konsisten berperan aktif dalam pengembangan UMKM yang menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia.
Pemberdayaan UMKM dilakukan melalui SRC yang berdiri sejak 2008 dan Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) yang hadir sejak 2007. SRC dan SETC memberikan penekanan pada peningkatan kapasitas UMKM .
Melalui SRC, Sampoerna meningkatkan kapasitas pedagang ritel tradisional melalui program pengembangan terintegrasi, seperti edukasi, manajemen barang dan keuangan, serta digitalisasi.
Saat ini, SRC beranggotakan lebih dari 243.000 pedagang ritel. Dari jumlah itu, 90% anggota SRC mengadopsi digitalisasi melalui My AYO by SRC dan 50% transaksi dilakukan secara online.
Menariknya, mayoritas anggota SRC ialah para ibu rumah tangga. Selain itu, pada toko jaringan SRC juga terdapat “Pojok Lokal” untuk mengakomodasi produk UMKM di sekitarnya.
“Berdasarkan riset Kompas pada 2022, omzet SRC diperkirakan senilai Rp236 triliun, atau setara dengan 11,36% dari perdagangan ritel nasional yang nilainya Rp2.000 triliun,” kata Vassilis.
Sementara itu, SETC fokus pada bantuan komprehensif bagi UMKM meliputi pelatihan kewirausahaan, seperti riset, akses pasar, konsultasi, hingga jejaringan. Hingga akhir 2022, SETC tercatat memberikan pelatihan kewirausahaan untuk lebih dari 67.000 peserta dari seluruh Indonesia.