Bisnis media digital saat ini berkembang pesat. Terlihat banyak media digital yang mulai bermunculan seiring dengan semakin tinggi penetrasi internet, canggihnya perangkat seluler yang beredar, dan makin terjangkaunya harga paket data di Indonesia. Lalu, bagaimana sebenarnya prospek bisnis media digital di Indonesia? Kali ini, CEO IDN Media Winston Utomo diundang oleh Dr. Indrawan Nugroho ke sesi siniar milik kreator konten dan pakar bisnis tersebut. Dalam kesempatan tersebut, Winston menjelaskan mengenai awal mula berdirinya IDN Media dan prospek bisnis media digital ke depannya.
1. Bisnis yang berawal dari sebuah kesenjangan informasi
Pada 8 Juni 2014, Winston membuat sebuah website yang ia namakan Indonesian Times dan menulis 10 artikel di website tersebut. Keesokan hari, Winston menemukan bahwa banyak orang telah mengunjungi website-nya dan membaca artikel-artikel buatannya. Singkat cerita, pengalaman tersebut menyadarkan Winston akan potensi yang dimiliki media serta impact besar yang bisa dihasilkan bagi masyarakat, khususnya pada situasi adanya kesenjangan akses informasi di Indonesia. Kehadiran media yang relevan serta berkualitas ia yakini dapat membantu membawa dampak positif bagi masyarakat Indonesia.
Berpegang pada visi tersebut, Winston pun meninggalkan pekerjaannya di Google Singapura. Ia lalu mengajak adiknya, William Utomo, untuk bersama-sama membangun bisnis media. Berawal dari IDN Times yang merupakan produk pertama yang diluncurkan, kini perusahaan media itu terus berkembang dengan nama IDN Media. Saat ini, IDN Media memiliki beragam unit bisnis yang terbagi dalam 4 bidang, yaitu content platform, digital media, commercial, dan entertainment. IDN Media telah memiliki lebih dari 80 juta MAU (Monthly Active Users) di seluruh ekosistemnya.
2. Mendemokratisasi informasi lewat curated user generated content
Winston pun lebih lanjut mengungkapkan bahwa kesenjangan informasi masih sangat terlihat di Indonesia. Misalnya saja, konten di media saat ini masih sangat berpusat di kawasan Jabodetabek. Ada sekitar 90% konten mengenai Jabodetabek sementara populasi orang yang tinggal di kawasan tersebut hanya sekitar 11% dibanding total populasi penduduk di Indonesia. Menurut Winston, jika Indonesia ingin menjadi negara maju di tahun 2045 dari segi pendapatan per kapita dan aspek lainnya, kesenjangan akses informasi yang ada saat ini harus segera diatasi.
Untuk mengurangi kesenjangan informasi antar daerah di Indonesia, perlu adanya desentralisasi informasi. Salah satunya adalah melalui media. Inilah salah satu semangat yang dibawa IDN Media melalui visinya, demokratisasi informasi dan membawa dampak positif bagi masyarakat Indonesia. Winston menjelaskan bahwa saat ini, sebagai contoh, 40% konten yang ada di IDN Times, merupakan user generated content yang berasal dari para pengguna yang tersebar di seluruh Indonesia. Sehingga, diharapkan akan lebih banyak muncul konten-konten yang mewakili suara dan perspektif daerah-daerah lain di Indonesia, tidak hanya terpusat di Jabodetabek.
3. Tantangan media digital
Dengan adanya desentralisasi akses untuk membuat konten, tentunya IDN Media menghadapi tantangan tersendiri. Salah satunya adalah, bagaimana cara agar user generated content yang dikonsumsi pembaca tetap berkualitas sesuai standar jurnalistik yang dipegang IDN Media dan bebas dari hoax. Menyiasati hal tersebut, IDN Media menerapkan curated user generated content di mana konten-konten buatan para pengguna dikurasi terlebih dahulu oleh mesin dan editor untuk memastikan konten ditayangkan relevan dan tentunya berkualitas.
Selain itu, tantangan lainnya adalah bagaimana meningkatkan kesadaran audiens IDN Media agar mereka ingin berkontribusi di platform yang dibuat IDN Media. Saat baru berdiri, Winston mengakui bahwa IDN Media perlu gencar mempromosikan platform yang telah dibuat agar bisa menarik para pengguna. “Kami berikan badge dan nama mereka pun tertulis di platform IDN Media agar mereka punya kebanggaan tersendiri. Lalu, agar penciptaan konten dapat berjalan dengan berkelanjutan, kami juga melakukan monetisasi. Tiap konten yang berhasil dikurasi dan tayang akan mendapatkan poin. Poin ini kemudian dapat ditukarkan dengan uang. Sehingga, mereka akan semakin bersemangat berkontribusi di platform-platform di IDN Media,” ungkap Winston.
4. Melihat masa depan industri media digital
Di akhir wawancara, Winston mengungkapkan potensi dari industri media digital. Setelah terjun di industri media selama 8 tahun ini, Winston mengamati perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi konten. Menurutnya, kebutuhan masyarakat untuk mengonsumsi konten akan selalu ada dan terus berkembang, yang membedakan hanyalah format kontennya. “Dulu, orang suka membaca artikel, sekarang mereka lebih suka mencari informasi lewat video pendek seperti yang ada di TikTok atau Instagram Reels Bahkan di luar negeri, format media yang populer saat ini sudah merambah ke live streaming karena pengguna saat ini lebih suka mengonsumsi konten yang real time.”
Dengan kondisi tersebut kemampuan untuk menangkap peluang yang ada, beradaptasi, dan berinovasi menjadi kunci agar dapat terus menggali peluang baru di dunia media digital. Sebagai contoh, inovasi yang dilakukan IDN Media melihat perubahan demografi dan karakter masyarakat Indonesia saat ini. “Saat IDN Media baru didirikan pada 2014, kita hanya menargetkan Millennial, di saat dulu perusahaan media-media yang sudah ada belum melirik potensi pasar ini. Setelah 8 tahun, IDN Media kini mengikutsertakan Gen Z sebagai kelompok demografi yang mesti kita rangkul karena mereka cerdas dan punya potensi yang besar untuk membawa dampak positif bagi masyarakat. Begitupun dengan format media. Melihat live streaming populer di banyak negara di dunia, IDN Media mengambil peluang ini dan menjadi pionir di ekosistem live streaming app buatan dalam negeri dengan meluncurkan fitur IDN Live yang dapat diakses di dalam IDN App. Live stream is the future,” ujar Winston menutup sesi diskusi hangat tersebut.