Dirut Garuda Tegaskan Harga Tiket Tidak Naik, Kecuali Rute Tertentu

Dia mengeklaim harga tiket belum naik sejak 2019.

Dirut Garuda Tegaskan Harga Tiket Tidak Naik, Kecuali Rute Tertentu
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra berbicara di Fortune Summit 2024. (Doc: Fortune Indonesia)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Direktur Utama Garuda Indonesia membantah kabar mengenai kenaikan harga tiket pesawat Lebaran.
  • Garuda mengikuti ketentuan harga tiket berdasarkan TBA Kemenhub, dipengaruhi oleh avtur dan airport tax.
  • Rute penerbangan tertentu dinaikkan tarifnya untuk kalangan atas, seperti business class ke Singapura.

Jakarta, FORTUNE - Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Irfan Setiaputra, membantah kabar bahwa maskapainya menaikkan Harga Tiket Pesawat pada momen peak season Idulfitri 1445 tahun ini.

Dia menegaskan perusahaannya belum menaikkan harga tiket sejak 2019.

Garuda Indonesia mengikuti ketentuan harga tiket pesawat berdasarkan tarif batas atas (TBA) yang ditetapkan oleh Kementerian Perhubungan. Namun, selain biaya layanan, harga tiket juga dipengaruhi oleh komponen lain seperti avtur dan airport tax (pajak bandara).

"Tahun lalu airport tax naik sekitar 100-an persen," ujarnya dalam media briefing, Senin (1/4).

Kendati demikian, Irfan tidak memungkiri bahwa ada sejumlah rute penerbangan yang tarifnya naik. Namun, rute tersebut memang menyasar wilayah-wilayah khusus dengan latar belakang penumpang kalangan atas.

"[Harga] yang kami naikin mungkin business class, itu juga untuk tujuan yang orang memang berduit. Untuk Singapura. Saya pernah diminta nurunin harga. Orang ke Singapura nyewa hotelnya aja Rp10 juta," katanya.

Tiket pesawat alami deflasi

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), haga tiket pesawat pada Maret 2024 justru menjadi salah satu komoditas penyumbang deflasi pada kelompok pengeluaran transportasi. 

Pada bulan itu harga tiket pesawat mengalami deflasi 0,97 persen, sehingga kelompok pengeluaran transportasi memberikan andil lebih rendah terhadap inflasi Maret, yakni 0,01 persen—lebih rendah dari kelompok pengeluaran perawatan pribadi dan lainnya yang memberikan andil 0,04 persen.

Kondisi tersebut dapat dibilang sebagai penyimpangan atau anomali, mengingat pada tahun-tahun sebelumnya andil inflasi menurut komponen pengeluaran pada momen Ramadan dan Lebaran 2022-2023 didorong oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau, serta transportasi.

Menurut Irfan, selain karena harga tiket pesawat yang tidak naik, deflasi tersebut juga disebabkan oleh berbagai promosi yang ditebar Garuda Indonesia menjelang musim mudik. 

"Deflasi itu mungkin digabungin sama beberapa program yang kami bikin untuk Lebaran ke Jakarta, dan itu enggak mahal-mahal. Biasa-biasa aja. Saya enggak ngerti orang pada ribut soal harga mahal," ujarnya.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

IDN Channels

Most Popular

WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Selain Bukalapak, Ini 7 e-Commerce yang Tutup di Indonesia
Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya