Dirut Pertamina Ungkap Alasan Tak Borong Minyak Rusia Meski Murah

Kemampuan kilang belum memadai untuk olah crude oil Rusia.

Dirut Pertamina Ungkap Alasan Tak Borong Minyak Rusia Meski Murah
Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati. (dok. Pertamina)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati, menjelaskan alasannya tidak memborong minyak mentah (crude oil) Rusia ketika negara tersebut banting harga di tengah sanksi ekonomi Amerika Serikat dan Uni Eropa. 

Menurut Nicke, hal ini disebabkan ketidakmampuan kilang Pertamina mengolah minyak mentah Rusia yang memiliki kandungan sulfur cukup tinggi. 

"Jadi, yang menentukan minyak mahal dan murah itu spesifikasinya. Biasanya minyak murah itu sulfur kontennya tinggi sehingga butuh teknologi yang lebih modern di kilangnya. Kilang kita teknologi lama," ujarnya dalam rapat dengar pendapat di Komisi VII DPR, Selasa (7/2).

Menurut Nicke, minyak mentah dengan kandungan sulfur rendah yang cocok dengan kilang-kilang Pertamina juga terbatas jumlahnya di pasaran—biasanya hanya diproduksi perusahaan-perusahaan minyak Timur Tengah—sehingga harganya menjadi mahal.

Meski demikian, melalui program pembenahan (revamping) kilangnya, kini Pertamina mulai dapat mengolah minyak mentah dengan kandungan sulfur tinggi. Salah satunya, proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) RU VI di Balongan, Jawa Barat, yang telah rampung pada Mei 2022.    

"Sekarang dengan kilang sudah melakukan revamping dan ada energy efficiency, sehingga fleksibilitas untuk menggunakan jenis crude yang lain, light crude yang lebih murah, contoh kita ambil dari Amerika dengan selisih US$4-5 [per barel], karena itu light crude, bisa kita gunakan dan kita campur," katanya.

Dengan terus berlangsungnya revamping itu, lanjut Nicke, Pertamina dapat menghemat biaya produksi BBM cukup besar. "Crude cost itu 93 persen total produksi BBM. Jadi kalau crude cost bisa kita turunkan otomatis harga pokok produksi (HPP) akan turun," ujarnya.

Selain untuk efisiensi, pembenahan kilang juga dilakukan untuk memenuhi ketentuan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bahwa BBM yang boleh digunakan hanya yang memiliki RON di atas 91. 

"Nah, untuk bisa RON masuk ke atas, salah satunya tadi konten sulfur dan sebagainya kita harus lakukan revamping. Jadi, satu adalah untuk compliance," katanya sembari menambahkan bahwa revamping juga dilakukan untuk menambah kapasitas pengolahan kilang.

Selain pembenahan kilang, fleksibilitas Pertamina untuk membeli minyak mentah murah juga didukung oleh struktur holding perusahaan yang kian matang. Ia mengatakan dahulu pembelian minyak mentah berada di bawah subholding Integrated Supply Chain, sehingga tidak dapat melihat secara mendetail jenis-jenis minyak mentah yang dapat diolah kilang. 

"Setelah [pembelian] minyak ini kita serahkan kepada kilang untuk menentukan. Mereka sekarang membuka lagi tidak hanya beli dari beberapa negara, tapi semua opsi kita coba crude sulfur content-nya sehingga sekarang minyak yang lebih murah, bisa kita beli, nanti bisa kita blending," katanya.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024