Jakarta, FORTUNE - Alphabet Inc, induk usaha google, melaporkan penjualan di luar pembayaran kepada mitra distribusi sebesar US$53,6 miliar pada kuartal III 2021. Capaian itu melampaui proyeksi para analis yang memperkirakan pendapatan kuartalan Alphabet di angka US$52,6 milliar.
Meski demikian, realisasi pendapatan yang mencerminkan kuatnya belanja para pengiklan itu tak cukup memberikan sentimen positif bagi pergerakan saham perusahaan. Sebaliknya, saat kinerja keuangan diumumkan, saham emiten berkode GOOGL itu turun lebih dari satu persen ke level US$2.700 dalam perdagangan yang diperpanjang usai ditutup pada US$2.786. Kondisi ini tak lepas dari kinerja yang mengecewakan dari dua anak usahanya, Youtube dan Google Cloud.
Chief Financial Officer Ruth Porat mengatakan bahwa fitur privasi aplikasi anti-pelacakan (ATT) Apple Inc. turut berdampak pada pendapatan YouTube di kuartal tersebut. Laba Alphabet tercatat US$27,99 per saham pada kuartal III lalu, tetapi pendapatan iklan YouTube hanya mencapai US$7,2 miliar--di bawah perkiraan para analis sekitar U$7,5 miliar.
Sementara itu, penjualan divisi cloud hanya naik menjadi $4,99 miliar, meleset dari ekspektasi Wall Street sebesar US$5,04 miliar dan membuatnya jauh tertinggal dari Amazon Web Services dan Microsoft Corp.
"Itu sedikit di luar perkiraan, tapi kami merasa sangat baik dengan momentum itu," kata Porat seperti dikutip Fortune.com. “Kami sangat senang dengan kemajuan berkelanjutan di seluruh bidang, inovasi produk, pengembangan tim kami, dan kekuatan di seluruh vertikal.”
Ekspansi
Sebelum kinerja keuangan kuartalan diumumkan, Alphabet juga melakukan buyback sahamnya senilai US$12,6 miliar dan mengatakan telah menambahkan jumlah karyawannya dari 18.000 di tahun lalu menjadi 150.028. Pirat mengatakan, perusahaanya berkomitmen untuk meningkatkan investasi di sertver, real estate, serta penambahan karyawan di divisi cloud.
Selain itu, baru-baru ini Google juga meluncurkan smartphone Pixel 6, yang diharapkan akan membantu perusahaan keluar di pasar elektronik konsumen yang kompetitif. Tetapi Porat mengatakan bahwa seperti bisnis yang lainnya, ponsel pintar ini juga berurusan dengan masalah rantai pasokan.
“Kami telah mengelola risiko tantangan rantai pasokan dengan baik,” kata Porat. “Kami bekerja sama dengan pemasok dan mitra logistik untuk merencanakan dan melakukan pivot kapan dan di mana kami membutuhkannya. Dengan ulasan dan permintaan yang kuat pada Pixel 6, kami mengharapkan beberapa kendala pasokan.”
Sebagai informasi, selama ini Chief Executive Officer Sundar Pichai mencoba untuk menjaga mesin pendapatan Alphabet dengan memprioritaskan tiga bidang yakni e-commerce, YouTube, dan komputasi awan. Tiga bidang itu membantu perusahaan bangkit dari keterpurukan tahun 2020 ketika beberapa pemasar memangkas anggaran iklan karena guncangan pandemi Covid-19.
Meski demikian, menurut Mark Ballard, peneliti di perusahaan Tinuiti, bisnis Alphabet memang masih bergantung pada mesin pencari google dan bisnis terkait lainnya. Di kuartal III lalu, penjualannya mencapai US$37,9 miliar atau di atas rata-rata perkiraan analis sebesar US$36,7 miliar. Hal ini menimbulkan pertanyaan sejauh mana Alphabet mampu mendiversifikasi mesin pendapatannya dari usaha lain seperti Youtube, Cloud hingga bisnis ritelnya.
"Mereka masih diuntungkan dari beberapa perdagangan yang bergerak online karena pandemi," kata Mark Ballard.