Jakarta, FORTUNE - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) membukukan laba bersih US$187 juta sepanjang semester I-2024 alias tumbuh 28 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya yang mencapai US$145 juta.
Direktur Utama PGN, Arief Setiawan Handoko, mengatakan pendapatan perusahaannya mencapai US$1,839 miliar atau meningkat 3 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu (year-on-year/yoy).
Sementara itu, beban pokok pendapatan meningkat hanya 1 persen menjadi US$1,432 miliar pada semester I-2024 dibandingkan US$1,415 miliar pada semester I-2023.
Dus, laba kotor PGAS mengalami kenaikan 11 persen menjadi US$407 juta dibandingkan dengan US$368 juta pada periode sama tahun sebelumnya.
PGN beroleh kenaikan laba operasi sebesar 3 persen menjadi US$293 juta dibandingkan US$284 juta pada semester I-2023.
"Secara keseluruhan, perseroan telah menunjukkan pertumbuhan yang berkelanjutan dan profitabilitas yang meningkat. Kami percaya dengan terus menjalankan strategi bisnis yang telah ditetapkan, melakukan pengelolaan operasional secara optimal dan efisien, serta penerapan manajemen keuangan dan manajemen risiko yang prudent, perseroan akan mampu menghadapi tantangan dan peluang," ujar Arief dalam keterangan resminya, Selasa (17/9).
Dari sisi bottom line, PGAS mencatatkan EBITDA cukup stabil pada US$578 juta, yang disumbang penurunan laba selisih kurs dan beban penyusutan.
Pencapaian EBITDA berasal dari segmen niaga gas, transmisi gas, dan lainnya sebesar 75 persen, dan 25 persen dari segmen hulu.
Sedangkan, lini bisnis niaga gas dan transmisi memberikan kontribusi 73 persen terhadap pendapatan perusahaan. Sebesar 11 persen dikontribusikan dari lini bisnis hulu (upstream) dan 16 persen sisanya dari lini bisnis lainnya.
Arief mengatakan pencapaian belanja modal perusahaan itu pada semester I-2024 mencapai US$70 juta, dengan 44 persen penyerapan oleh segmen downstream dan lainnya, dan 56 persen oleh segmen hulu.
Sepanjang semester I-2024, volume gas mayoritas berasal dari pipa atau 99,6 persen dan masih menjadi penopang utama kinerja perusahaan. Sedangkan, untuk komersialisasi LNG regasifikasi mencapai 0,4 persen.
Berdasarkan sumber gas, 38 persen berasal dari Pertamina Grup dan sisanya dari pemasok gas lainnya, termasuk Corridor Block.
Menurutnya, infrastruktur pipa dan beyond pipeline akan menjadi skema andalan dalam optimalisasi pemanfaatan gas bumi. Pasalnya, dari sisi operasional pencapaian segmen niaga gas bumi secara umum juga dipengaruhi ketidakseimbangan penawaran dan permintaan.
"Perusahaan terus menjalankan strategi yang terukur dan sejalan dengan rencana pemerintah untuk terus mengoptimalkan pemanfaatan gas bumi sebagai energi transisi. Untuk itu, perusahaan melakukan sejumlah inisiatif di antaranya dengan membangun dan menambah infrastruktur gas bumi yang terintegrasi untuk mendorong perluasan segmen pengguna," ujar Arief.
Pada saat yang sama, PGN tetap mengedepankan inovasi dan solusi untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan para pelanggan. Salah satunya adalah menghadirkan LNG di tengah menurunnya pasokan alami gas bumi pada sejumlah sumur lama.
Hingga semester I-2024, jaringan pipa PGN mencapai 13.319 km atau bertambah 626 km dengan total 821.245 pelanggan, yang terdiri atas 3.165 pelanggan industri dan komersial, 2.017 pelanggan kecil, dan 816.063 rumah tangga.
Arief mengatakan PGN juga akan membangun pipa BBM melalui sinergi anak perusahaan PT Pertamina Gas (Pertagas) dan PT Pertamina Patra Niaga (PPN) dengan pembangunan pipa BBM ruas Cikampek-Plumpang berskema build-maintenance-transfer (BMT) dan berjangka waktu 10 tahun masa pengoperasian.
"Pembangunan pipa tersebut merupakan salah satu pengembangan portofolio bisnis subholding gas dalam lingkup bisnis infrastruktur, khususnya transportasi energi melalui pipa. Saat ini, kami dalam proses penyusunan perjanjian penyediaan jasa pipanisasi BBM Cikampek-Plumpang antara Pertagas dan PPN. Infrastruktur ini akan memiliki kapasitas volume sebesar 4,6 miliar liter per tahun dengan panjang 96 km," katanya.