Jakarta, FORTUNE - Pekerja Samsung Electronics melakukan mogok massal tiga hari beruntun untuk menuntut kenaikan gaji mulai hari ini, Senin (8/7).
Serikat Pekerja Nasional Samsung Electronics (NSEU), yang sekitar 30.000 anggotanya merupakan hampir seperempat dari tenaga kerja Samsung di Korea Selatan, juga mengancam akan melakukan aksi lebih besar jika tuntutan tidak dipenuhi.
Selain kenaikan gaji, neraka juga menuntut satu hari tambahan cuti tahunan untuk anggota serikat dan mendesak perubahan sistem bonus karyawan.
Mengenakan jaket hujan dan pita bertulis "berjuang dengan solidaritas", ribuan pekerja berkumpul di luar pabrik pengecoran dan pabrik semikonduktor perusahaan di Hwaseong, Gyeonggi.
"Mogok telah dimulai sejak hari ini," kata Son Woo-mok, kepala Serikat Pekerja Nasional Samsung Electronics, seperti dikutip AFP, Senin (8/7). "Dan ini baru permulaan," tambahnya.
Sebelum pemogokan massal, manajemen Samsung telah terlibat dalam negosiasi dengan serikat pekerja sejak Januari, tetapi kedua belah pihak gagal bersepakat mengenai tunjangan dan tawaran kenaikan gaji sebesar 5,1 persen dari perusahaan.
Pekerja menolak tawaran tersebut pada Maret silam, sembari mengajukan tuntutan lain—termasuk perbaikan cuti tahunan dan bonus kinerja yang transparan.
"Mengingat mengapa kita di sini, tolong jangan datang bekerja sampai 10 Juli dan jangan menerima panggilan bisnis apa pun," kata Son Woo-mok di hadapan kerumunan pekerja.
Serikat pekerja mengatakan sekitar 5.200 orang dari fasilitas pabrik, manufaktur, dan pengembangan telah bergabung dalam protes.
"Apakah mereka masih berpikir ini tidak akan mempengaruhi jalur produksi mereka?" kata Lee Hyun-kuk, wakil presiden serikat pekerja.
Sebelum rencana demonstrasi tersebut diumumkan serikat pekerja pada pekan lalu, mereka telah melakukan aksi kolektif pertama menentang perusahaan pada Juni 2024.
"Kami sekarang berada di persimpangan yang kritis," kata serikat pekerja dalam seruan yang dikirimkan kepada anggota minggu lalu, mendesak mereka untuk mendukung pemogokan.
"Pemogokan ini adalah kartu terakhir yang bisa kami gunakan," katanya, menyatakan bahwa pekerja di perusahaan perlu "bertindak sebagai satu kesatuan."
Hingga saat ini, Samsung masih menolak permintaan untuk berkomentar. Profesor bisnis dari Universitas Sejong, Kim Dae-jong, mengatakan kepada AFP bahwa pemogokan yang meluas dapat menimbulkan risiko besar bagi manajemen Samsung di tengah persaingan untuk dominasi di pasar cip yang kompetitif.
"Walaupun pemogokan yang sedang berlangsung hanya dijadwalkan selama tiga hari, anggota yang berpartisipasi termasuk mereka yang bekerja di jalur perakitan cip," katanya.
Menghindari serikat pekerja
Menurut para buruh, Samsung Electronics telah menghindari serikat pekerja selama hampir 50 tahun dan kadang-kadang mengadopsi taktik keras, sembari berambisi menjadi produsen smartphone dan semikonduktor terbesar di dunia.
Pendiri perusahaan, Lee Byung-chul, yang meninggal pada 1987, sangat menentang serikat pekerja, mengatakan dia tidak akan pernah mengizinkannya "sampai saya memiliki tanah di atas mata saya".
Serikat pekerja pertama di Samsung Electronics dibentuk pada akhir 2010-an.
Perusahaan ini adalah anak perusahaan unggulan dari raksasa Korea Selatan, Samsung Group, yang merupakan konglomerat keluarga terbesar yang mendominasi bisnis di ekonomi terbesar keempat di Asia.
Perusahaan ini juga menyumbang sebagian besar output global untuk cip kelas atas, dan baru-baru ini memprediksi peningkatan 15 kali lipat dalam laba operasional kuartal kedua tahunannya, berkat permintaan yang meningkat untuk kecerdasan buatan generatif.
Semikonduktor adalah urat nadi ekonomi global, digunakan dalam segala hal mulai dari peralatan dapur dan ponsel hingga mobil dan senjata.
Dan permintaan untuk cip canggih yang menggerakkan sistem kecerdasan buatan telah meroket berkat kesuksesan ChatGPT dan produk AI generatif lainnya.
Selain itu, ia juga merupakan ekspor utama Korea Selatan dan mencapai US$11,7 miliar pada Maret lalu, tingkat tertinggi dalam hampir dua tahun, menyumbang seperlima dari total ekspor Korea Selatan, menurut angka yang dirilis oleh kementerian perdagangan.