Jakarta, FORTUNE - PT Angkasa Pura 1 (Persero) batal melakukan penarikan utang Rp2,23 triliun melalui penerbitan obligasi dan sukuk ijarah berkelanjutan yang diterbitkan perseroan pada 2021.
Hal tersebut dilakukan dengan menghentikan Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan I Angkasa Pura I Tahun 2021, dan Penawaran Umum Berkelanjutan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Angkasa Pura I Tahun 2021.
Dalam keterbukaan informasi yang diunggah pada laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Vice President Finance AP 1, Joel Siahaan, mengatakan kebijakan tersebut mempertimbangkan dua hal.
Pertama, pemulihan industri penerbangan yang sebelumnya terdampak Covid-19, sebagaimana tecermin pada peningkatan pergerakan lalu lintas angkutan udara baik internasional maupun domestik.
Kedua, implementasi transformasi bisnis perusahaan yang secara konsisten dilaksanakan sejak 2022 telah mendukung peningkatan ketahanan likuiditas perusahaan sehingga kebutuhan dana AP1 dapat tercukupi.
"Perusahaan memutuskan penghentian Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan I Angkasa Pura I Tahun 2021 dan Penawaran Umum Berkelanjutan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Angkasa Pura I Tahun 2021 terhadap sisa target dana yang secara total sebesar Rp 2.238.100.000.000," demikian Joel yang dikutip pada Kamis (31/8).
Sebelumnya, AP 1 menargetkan penarikan utang Rp2,35 triliun melalui Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan I Tahun 2021.
Sementara lewat Penawaran Umum Berkelanjutan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I, target dana yang akan dihimpun mencapai Rp1,5 triliun.
Hingga saat ini, AP1 telah menghimpun dana Rp1,11 triliun via Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan I 2021 dan Rp495 miliar lewat Penawaran Umum Berkelanjutan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I 2021.
Cetak laba Rp448 miliar per Juli 2023
AP 1 mencatat laba bersih secara konsolidasi Rp448 miliar pada periode Januari-Juli 2023.
Direktur Utama AP I, Faik Fahmi, mencatat adanya 45,3 juta pergerakan penumpang di 15 bandara pada periode 1 Januari-28 Agustus 2023. Capaian tersebut tumbuh 78 persen dibandingkan dengan periode sama pada 2022 yang mencapai 25,4 juta penumpang.
Capaian tersebut berasal dari total pendapatan hingga Juli 2023 yang sebesar Rp 5,22 triliun atau naik 75 persen, sedangkan EBITDA perseroan mencapai Rp2,32 triliun atau naik 224 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Menurutnya, capaian kinerja keuangan perseroan yang tidak dapat dilepaskan dari peran kinerja operasional perusahaan yang tumbuh secara signifikan hingga Juli tahun ini.
Berbagai upaya yang telah dilakukan untuk mencapai kinerja positif tersebut di antaranya berkomunikasi dengan berbagai maskapai penerbangan, baik nasional maupun internasional, untuk dapat segera melakukan reaktivasi rute-rute penerbangan yang selama masa pandemi berhenti beroperasi.
"Salah satu contoh inisiatif strategis, yaitu dengan melakukan perubahan tipe pesawat dari wide body menjadi wide body yang kapasitasnya lebih besar—seperti yang telah terealisasi di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali yang telah melayani penerbangan pesawat terbesar di dunia, Airbus A380-800, milik Emirates yang sebelumnya mengoperasikan pesawat tipe Boeing 777-300ER," ujarnya.