PLN Kantongi Pinjaman Rp5,4 Triliun untuk Bangun PLTA Upper Cisokan

PLTA 1.040 Megawatt ini ditargetkan beroperasi pada 2025.

PLN Kantongi Pinjaman Rp5,4 Triliun untuk Bangun PLTA Upper Cisokan
Shutterstock/momoybinboes
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - PT PLN (Persero) mengantongi US$380 juta atau Rp5,4 triliun (Kurs Rp14.328 per US$) dari total rencana pendanaan US$610 juta untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Upper Cisokan berkapasitas 1.040 Megawatt (MW).

Komitmen pendanaan pembangkit listrik di perbatasan Kabupaten Bandung dan Cianjur, Jawa Barat, itu ditandai dengan penandatanganan Naskah Perjanjian Penerusan Pinjaman (NPPP) antara PLN dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melalui skema perjanjian penerusan pinjaman atau Subsidiary Loan Agreement (SLA) Senin, (14/3).

Direktur Jenderal Perbendaharaan Kemenkeu Hadiyanto mengatakan, skema penerusan pinjaman ini merupakan yang pertama bagi PLN dalam enam tahun belakangan. Terakhir kali PLN menandatangani SLA pada 2016.

Menurut Hadiyanto, kreditur fasilitas pinjaman tersebut adalah International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) yang merupakan bagian dari World Bank Group dengan total pendanaan US$380 juta.

Selain itu, proyek PLTA Upper Cisokan juga direncanakan akan didanai oleh Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) dengan total pendanaan US$230 juta dalam bentuk co-financing oleh World Bank dengan skema serupa.

“Kami sangat mendukung pembiayaan ini karena tujuannya untuk membiayai pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan PLTA Upper Cisokan yang berbasis energi baru terbarukan (EBT) dari tenaga air, lebih sustainable, terjangkau, dan tentunya mencukupi pasokan listrik masyarakat,” ujar Hadiyanto di auditorium PLN Kantor Pusat, dikutip dari keterangan resmi, Selasa (15/3).

Bunga kompetitif

Deputi Bidang Keuangan dan Manajemen Risiko Kementerian BUMN, Nawal Nely, mengatakan dalam pendanaan ini PLN mendapatkan tingkat suku bunga kompetitif dengan tenor cukup panjang, yaitu 24,5 tahun.

Menurutnya, PLTA ini akan mengurangi ketergantungan dan sensitivitas APBN terhadap gejolak harga komoditas utama, terutama minyak dan gas. Sehingga, koefisien korelasi biaya dengan pergerakan harga minyak dan gas dapat dikurangi.

"Ketiga, ini satu-satunya proyek yang sesuai antara durasi pinjaman dan life expectacy project, sehingga risiko re-financing, selain adanya bunga yang manageable, juga dapat ditangani," tutur Nely.

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menjelaskan PLTA berkapasitas lebih dari 1.000 MW tersebut ditargetkan beroperasi pada 2025 dan memasok kebutuhan listrik di sistem Jawa-Bali.

"Proyek yang menggunakan teknologi pumped storage ini akan menghasilkan energi efisien, rendah karbon, serta dapat menjadi enabler utama dalam rangka proses transisi energi dan masuknya pembangkit EBT intermittent dalam portofolio besar di sistem Jawa-Bali," terang Darmawan.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya
Cara Menghitung Dana Pensiun Karyawan Swasta, Ini Simulasinya
Konsekuensi Denda Jika Telat Bayar Cicilan KPR, Bisa Disita
Investor Asing Hengkang dari Pasar Obligasi Asia pada Desember 2024
Cara Mengurus Sertifikat Tanah Hilang, Biaya, dan Prosedurnya