Jakarta, FORTUNE - PT Pupuk Indonesia (Persero) berhasil membukukan laba sebesar Rp15,14 triliun per Agustus 2022. Jumlah itu jauh di atas RKAP 2022 sebesar Rp2,95 triliun, serta lebih tinggi dari raihan laba 2020 dan 2021 yang masing-masing Rp2,33 triliun dan Rp15,33 triliun.
Direktur Utama Pupuk Indonesia Bakir Pasaman menuturkan, peningkatan laba tersebut dikontribusikan oleh penjualan produk-produk perseroan yang mencapai Rp67,75 triliun sampai akhir bulan lalu.
Meski berada di atas RKAP tahun ini—sebesar Rp47,99 triliun—jumlahnya masih lebih rendah dibandingkan pendapatan dua tahun sebelumnya yang masing-masing Rp71,88 triliun (2020) dan Rp78,6 triliun (2021).
"Komposisi pendapatan sampai dengan Agustus 2022 terdiri dari pupuk bersubsidi atau public service obligation (PSO) sebesar 45 persen, pupuk komersil 32 persen, dan produk lainnya adalah 22 persen," ujarnya dalam rapat kerja di Komisi VI DPR, Senin (19/9).
Kemudian aset perseroan tercatat mencapai Rp153,42 triliun, meningkat dibandingkan 2020 dan 2021 yang masing-masing Rp122,5 triliun dan Rp128,46 triliun.
"Dan yang juga perlu menjadi catatan piutang subsidi tanpa PPN saat ini mencapai Rp15,96 triliun," tuturnya sembari menambahkan bahwa piutang subsidi perusahaan juga meningkatkan dibandingkan dua tahun sebelumnya yang sebesar Rp6,29 triliun (2020) dan Rp6,46 triliun (2021).
Secara volume, penjualan produk pupuk dan non pupuk, sampai dengan Agustus 2022 telah mencapai 8,76 juta ton. Penjualan pupuk PSO masih mendominasi dengan volume sebesar 5,06 juta ton.
Kemudian, penjualan pupuk komersil tercatat mencapai 2,75 juta ton dan penjualan produk non pupuk sebesar 0,95 juta ton.
"Sampai Agustus 2022 komposisi penjualan didominasi penjualan produk PSO sebanyak 58 persen, pupuk komersil 31 persen dan non pupuk 11 persen," imbuhnya menjelaskan secara persentase.
Adapun secara total, produksi pupuk dan non pupuk sampai Agustus 2022 mencapai 12,85 juta ton, terdiri dari produksi pupuk sebanyak 8,02 juta ton dan non pupuk 4,83 juta ton.
"Sampai Agustus 2022 komposisi produksi didominasi oleh produksi pupuk sebanyak 62 persen dan non pupuk sebanyak 38 persen," jelasnya.
Penyebab kenaikan laba
Direktur Keuangan & Investasi Menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Investasi Pupuk Indonesia Wono Budi Tjahyono mengatakan profitabilitas perusahaan hingga akhir bulan lalu tak terlepas dari kenaikan harga pupuk di pasar Internasional.
Namun demikian, tahun ini kondisi tersebut bisa lebih dioptimalkan dengan sentralisasi fungsi holding di lingkungan Pupuk Indonesia. Dus tak ada lagi persaingan antar anak usaha ketika harga sedang tinggi.
"Dulu waktu kejadian (keniakan harga) sebelum sentralisasi, dengan momen harga yang bagus mereka saling perang sendiri. Sekarang dengan adanya sentralisasi ini terjadi efisiensi karena ada rayonisasi juga sehingga distribusi di sini jadi salah satu kunci efisiensi dalam penyaluran pupuk," jelasnya.
Kemudian, dengan adanya sentralisasi, perseroan dapat melakukan efisiensi dalam hal pemakaian utang bank. Sebab harga yang tinggi dapat dioptimalkan untuk mendukung belanja modal perseroan. Dengan demikian arus kas perusahaan kini menjadi lebih baik.
"Sehingga ada efisiensi di pemakaian bunga. Kita di 69 persen (penarikan utang) dari RKAP, jadi kita sudah bisa ada efisiensi di beban bunga. Ilustrasinya, Pak, dengan adanya harga yang optimal, sehingga pemakaian modal kerja bisa kita tekan," tandasnya.