Sejarah dan Profil Perusahaan Indofood

Indofood bukan hanya produsen mi instan.

Sejarah dan Profil Perusahaan Indofood
Shutterstock/Postmodern Studio
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Siapa tidak mengenal Indofood? Perusahaan yang memproduksi mi instan bermerek Indomie ini adalah salah satu raksasa pada industri pangan di Indonesia. Tapi, sejarah Indofood tidak merentang hanya dalam 20-30 tahun. Cikal bakal perusahaan ini bermula hampir setengah abad lalu. 

Lantas bagaimana sejarah Indofood dan profil perusahaan tersebut?

Pada mulanya, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk., adalah perusahaan bernama PT Panganjaya Intikusuma yang didirikan pada 1990 dan memulai usahanya dalam bidang makanan ringan. Setelah berubah menjadi Indofood, perusahaan tersebut memiliki berbagai kegiatan usaha yang telah beroperasi sejak awal dasawarsa 1980-an.

Bagaimana ceritanya?

PT Indofood CBP Sukses Makmur—sebelumnya bernama Indofood Sukses Makmur—adalah perusahaan hasil merger Panganjaya Intikusuma, anak usaha Salim Group, dan Sanmaru Food Manufacturing pada 1 Maret 1994.

Sanmaru Food Manufacturing Co. Ltd berdiri lebih awal pada 1970 dan bergerak dalam bidang makanan dan minuman. Perusahaan yang didirikan Djajadi Djaja, Wahyu Tjuandi, Ulong Senjaya, dan Pandi Kusuma ini  mengoperasikan pabriknya pada 1972 dan menghasilkan produk bernama Indomie, yang kelak menjadi legenda. Indomie merupakan singkatan dari "Indonesia mie."

Kemudian pada 31 Oktober 1987, Sanmaru mendirikan cabang Semarang dan diresmikan oleh menteri Perindustrian Ir. Hartanto dan Menteri Tenaga Kerja Soedomo.

Sebelum bergabung menjadi Indofood, Sanmaru sempat memakai sarana produksi yang dimiliki Salim Group untuk membuat Indomie. Sarana produksi tersebut muncul setelah Sudono Salim, pemilik Salim Group, berinvestasi besar-besaran di industri mie instan dengan mendirikan PT Sarimi Asli Jaya pada 1977, dengan produk mi instan bermerek Sarimie.

Kerja sama penggunaan fasilitas Salim Group itu dilakukan dengan membentuk usaha patungan di bawah bendera PT Indofood Interna pada 1984. Pembagian sahamnya, Liem memegang 42,5 persen dan sisa 57,5 persen dikuasai Djajadi.

Salim Group, melalui bendera Indofood, juga mengakuisi produsen Supermie PT Lima Satu Sankyu yang berdiri pada 1968. Seperti namanya, perusahaan patungan antara Sjarif Adil Sagala dan Eka Widjaya Moeis dengan Sankyu Shokushin Kabushiki Kaisha (Jepang) ini menghasilkan mi instan dengan jenama Supermi.

Pada 1977, perusahaan itu berganti nama menjadi PT Lima Satu Sankyu Indonesia. Kemudian, pada 1989, setelah berstatus Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), ia diambil alih Indofood Group dan berubah nama lagi menjadi PT Lambang Insan Makmur dengan 100 persen sahamnya dikuasai PT Indofood International Corporation.

Profil perusahaan

Pada 1 Oktober 2009, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk berganti nama menjadi PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Dalam beberapa dekade ini, PT Indofood Sukses Makmur Tbk telah bertransformasi menjadi sebuah perusahaan Total Food Solutions dengan kegiatan operasional yang mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di rak para pedagang eceran.

Kini, Indofood dikenal sebagai perusahaan yang mapan dan terkemuka di setiap kategori bisnisnya. Untuk kategori produk konsumen bermerek, PT. Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle merupakan divisi terbesar di Indofood dan pabriknya tersebar di 17 kota di Indonesia seperti Jakarta, Tangerang, Cibitung, Bandung, Cirebon, Semarang, Surabaya, Bandar Lampung, hingga Makassar. 

Selain di dalam negeri, Divisi Noodle juga memiliki pabrik di Filipina, Cina, Nigeria, Arab Saudi, Suriah, dan Malaysia. Produknya mi instan dengan merek Indomie, Supermi, Sarimi, dan Sakura dalam berbagai rasa.

Ada pula Divisi Dairy yang dijalankan oleh PT Indolakto, anak perusahaan ICBP, dan merupakan salah satu produsen terkemuka di Indonesia untuk produk susu ultra-high temperature (UHT), susu steril dalam botol, krimer kental manis (sweetened condensed creamer atau SCC), evaporated milk, susu pasteurisasi, susu UHT multi-cereal, minuman mengandung susu, susu bubuk, es krim, dan mentega.

Selanjutnya, ada divisi makanan ringan, penyedap makanan, nutrisi & makanan khusus, minuman, serta kemasan. Dalam kategori bisnis distribusi, perusahaan mendistribusikan sebagian besar produk konsumen Indofood dan anak-anak perusahaannya, serta berbagai produk pihak ketiga.

Terakhir, dalam kategori agribisnis, perusahaan memiliki Divisi Perkebunan yang mengelola lebih dari 300.000 hektare perkebunan di Indonesia, serta mengoperasikan 27 pabrik kelapa sawit, tiga lini produksi karet remah, dua lini produksi karet lembaran, dua fasilitas pengolahan/penyulingan gula, satu pabrik kakao, dan satu pabrik teh.

Dalam kategori sama, ada pula divisi minyak & lemak nabati yang mengoperasikan lima fasilitas penyulingan CPO di Indonesia. Divisi ini memproduksi dan memasarkan produk-produk hilir, yang meliputi minyak goreng, margarin dan shortening bermerek untuk konsumen dan dalam kemasan industri.

Magazine

SEE MORE>
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024

Most Popular

OJK Digeledah KPK, Juru Bicara Buka Suara
Daftar Saham Lo Kheng Hong, Sektor Keuangan hingga Energi!
Siapa Pemilik Sritex? Ini Profil dan Perusahaannya
Kinerja Smartfren Memburuk, Bosnya Ungkap Persaingan yang Makin Berat
Sritex Resmi Pailit Usai Kasasi Ditolak, Berutang Rp26 T
Sritex Siap Ajukan Peninjauan Kembali (PK), Belum Menyerah