Teknologi CCS Berbiaya Tinggi, Begini Penjelasan Pertamina

Siapkan layanan terpadu untuk bisnis CCS.

Teknologi CCS Berbiaya Tinggi, Begini Penjelasan Pertamina
Ilustrasi Pertamina. (Doc: Pertamina)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Senior Expert Technology and Engineering PT Pertamina New And Renewable Energy (Pertamina NRE), Bayu Prabowo, menyatakan Indonesia dapat menjadi carbon capture storage (CCS) hub bagi industri di kawasan Asia Tenggara. Pasalnya, negeri ini secara alami memiliki kekayaan berupa reservoir yang sangat besar untuk penyimpanan karbon.

"Kapasitasnya mencapai 600 gigaton CO2e, sementara emisi kita per tahun hanya sekitar 600.000 ton. Jadi, dengan kapasitas 600 gigaton, kita bisa menyimpan karbon hingga ratusan tahun. Ini sebenarnya potensi yang sangat besar untuk menjadikan Indonesia sebagai CCS hub bagi kawasan," ujarnya dalam diskusi bertajuk "Kebijakan Energi untuk Ketahanan" dalam Tempo Energy Day 2024, Kamis (28/11).

Namun, menurut Bayu, teknologi yang dibutuhkan bagi bisnis penangkapan dan penyimpanan karbon sangat mahal. Biaya tertinggi berasal dari teknologi penangkapan, pengangkutan, hingga penyuntikan karbon ke dalam reservoir atau tempat penyimpanan.

"Kalau kita kuantifikasi tadi, sekitar US$80–120 per ton CO2e, dan ini sebenarnya tidak ada produk nyata yang bisa dipakai jika kita lihat secara tradisional. Biaya tertingginya ada di proses capture, dan ini yang coba kita cari cara bagaimana menangkap karbon dengan biaya serendah mungkin, mengangkut dengan efisien, serta menyuntikkan karbon juga seefisien mungkin," ujarnya.

Sejauh ini, Pertamina telah menjalankan sekitar 15 inisiatif pengembangan CCS di berbagai lapangan migas milik perseroan. Termasuk proyek injeksi CO2 di Lapangan Sukowati, Bojonegoro, serta injeksi perdana CO2 di Lapangan Pertamina EP Jatibarang Field, Indramayu.

Pertamina juga tengah mengkolaborasikan seluruh subholding miliknya menyediakan satu layanan terpadu bagi bisnis CCS. Penangkapan, misalnya, dapat dilakukan oleh Pertamina Power Indonesia (PPI), lalu pengangkutan dan pemipaan oleh PGN dan Pertamina Shipping, serta injeksi oleh Pertamina Hulu Energy (upstream).

"Kredit karbon nantinya bisa dihasilkan dan disertifikasi, yang sejauh ini sudah dilakukan oleh Pertamina RNE. Jadi, seluruh rantai pasokan ini kita satukan, kita integrasikan, untuk kemudian bisa memberikan nilai terpadu bagi industri yang membutuhkan layanan CCS," katanya

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 28 November 2024
Apindo: Ketidakpastian Regulasi Upah Bikin Iklim Usaha Kian Sulit
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 28 November 2024
Prabowo Umumkan Kenaikan Gaji Guru Non-ASN Rp2 Juta Hari Ini
LUCY Tunjuk Chef Juna Jadi Komisaris Independen Gantikan Wulan Guritno
Harga Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Hari Ini, 28 November 2024