Jakarta, FORTUNE - Harga saham emiten produsen film PT MD Pictures Tbk – yang dikenal dengan kode FILM – terus melaju dalam beberapa waktu terakhir. Ada apa di balik kenaikan harga saham perusahaan tersebut?
Pada perdagangan Senin (18/10) ini, harga saham FILM ditutup menguat 8,82 persen ke posisi Rp444 per saham. Jika dibandingkan bulan sebelumnya, harga perusahaan ini sudah meningkat 24,72 persen.
Secara year-to-date harga saham perusahaan ini juga naik bahkan mencapai 126,5 persen dari posisi sebelumnya Rp196 per saham. Sedangkan, secara tahunan (year-on-year/yoy) saham perusahaan ini juga melesat 117,7 persen.
Dalam setahun terakhir, harga saham FILM sempat mencatatakan level tertinggi mencapai Rp640 per saham, April lalu. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) juga mencatat, saat ini kapitalisasi pasar perusahaan ini mencapai Rp9,51 triliun.
Kinerja berbalik positif
Dari sisi kinerja, terlihat perusahaan ini sedang mengalami perbaikan yang berarti. Berdasarkan laporan keuangan, FILM pada kuartal kedua tahun ini berhasil membukukan penjualan mencapai Rp126,41 miliar. Itu artinya penjualan perusahaan tumbuh 122,6 persen secara tahunan.
Jika dirinci berdasarkan segmennya, pendapatan dari penjualan film yang berkontribusi terbesar tumbuh 165,8 persen menjadi Rp112,85 miliar. Setelahnya, pendapatan sewa alat shooting juga meningkat 12,7 persen. Namun, pendapatan dari sewa bangunan masih menurun 11,4 persen.
Penjualan film perusahaan ini pun juga masih ada rinciannya. Dalam laporan keuangan tercatat penjualan film dari kanal digital tumbuh signifikan 442,7 persen. Penjualan film dari stasiun televisi juga tumbuh 99,4 persen, sedangkan penjualan layar lebar masih menurun 81,3 persen.
Dengan posisi penjualan seperti itu, saat ini MD Pictures memiliki pemasukan utama dari penjualan film digital dengan kontribusi mencapai 84,3 persen. Padahal, pada periode yang sama 2020 porsi penjualan digital ini hanya 34,6 persen. Sementara itu, kontribusi penjualan layar lebar yang awalnya 30,5 persen kini hanya tersisa 2,6 persen.
Perusahaan di periode yang sama menangguk laba bersih mencapai Rp34,6 miliar. Kondisi ini berbanding terbalik dari sebelumnya rugi Rp33,9 miliar. Laba FILM juga melampaui sebelum era pandemi (semester satu 2019) sebesar Rp20,7 miliar.
Direktur Utama MD Pictures, Manoj Punjabi, dalam keterangan pers Jumat (20/8) lalu mengatakan, meski berada di situasi bisnis yang menantang lantaran pandemic, perusahaan mampu mencetak laba secara pesat. Pencapaian ini, katanya, karena gerak cepat perusahaan dalam merambah pasar dan format baru bisnis hiburan terutama media digital streaming.
MD Pictures saat ini menjadi produser dan distributor terkemuka format hiburan digital dengan bekerja sama dengan sejumlah platform, seperti: Disney+Hotstar, WeTV dan Iflix, dan Viu. “MD Pictures berencana untuk terus melanjutkan pertumbuhan pesatnya di industri untuk menjadi pemimpin pasar,” kata Manoj.
Prospek
Menurut Pengamat Pasar Modal Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI), Reza Priyambada, kenaikan saham FILM dalam beberapa waktu terakhir besar kemungkinannya akibat pembukaan kembali sejumlah bioskop.
Pemerintah sejak awal Oktober lalu memang telah melonggarkan pembatasan kegiatan dengan mengizinkan tempat publik seperti bioskop bisa beroperasi kembali. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bahkan menyebut, ada lebih dari 1.000an bioskop telah melakukan uji coba pembukaan dengan protokol kesehatan.
Meski pembukaan bioskop berdampak pada sentimen positif, menurut Reza, hal itu bisa jadi belum berimbas ke kinerja mereka. Sebab, butuh waktu bagi masyarakat untuk terbiasa kembali menonton film di bioskop apalagi dengan harus menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
“Mungkin di awal penontonnya enggak langsung membludak apalagi mereka penyedia layanan bioskop akan sangat patuh terhadap aturan protokol kesehatan,” kata Reza kepada Fortune Indonesia.
Reza menambahkan, ke depannya prospek saham FILM ini akan sangat dipengaruhi oleh kinerja mereka. Terlebih, bagaimana perusahaan ini bisa melakukan transformasi dengan banyak merambah ke platform digital untuk mendistribusikan mereka. Hal ini juga memanfaatkan peluang masyarakat yang semakin gemar menoton film di platform digital akibat normal baru pandemi.