Perekonomian Dunia Melaju, Nilai Perdagangan Capai Rekor Bersejarah

Perdagangan global akan menemui ketidakpastian pada 2022.

Perekonomian Dunia Melaju, Nilai Perdagangan Capai Rekor Bersejarah
Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (15/11/2021). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Lembaga Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perdagangan dan Pembangunan (Unctad) menyebutkan arus perdagangan dunia pada sepanjang kuartal ketiga tahun ini mencetak nilai tertinggi sepanjang sejarah. Meski demikian, rekor nilai itu terjadi dengan tidak merata baik pada negara maupun sektor.

Berdasarkan laporan Global Trade Update Unctad terbaru, pada Juli-September 2021, total nilai ekspor dan impor barang dunia tercatat mencapai US$5,6 triliun atau setara Rp79.800 triliun (asumsi kurs Rp14.250). Menurut lembaga tersebut, angka itu merupakan rekor kuartalan tertinggi sepanjang masa.

“Tren positif perdagangan internasional pada 2021 sebagian besar merupakan hasil dari pemulihan permintaan yang kuat karena meredanya pembatasan pandemi, paket stimulus ekonomi, dan kenaikan harga komoditas,” demikian pernyataan Unctad dalam rilisnya, seperti dikutip, Kamis (2/12).

Unctad juga memproyeksikan bahwa nilai perdagangan barang (dan jasa) pada keseluruhan tahun ini akan mencapai US$28 triliun atau sekitar Rp399.000 triliun. Angka itu meningkat 23 persen dari 2020 dan juga lebih tinggi 11 persen dari era sebelum pandemi Covid-19.

Namun, mereka belum bisa memperkirakan nilai arus perdagangan global pada 2022. Sebab, masih ada sejumlah ketidakpastian, yaitu: dampak Covid-19 terhadap permintaan, tekanan pada rantai pasok, lonjakan biaya pengiriman, hambatan suplai semikondutor, dan prospek ekonomi Tiongkok (karena dominan terhadap perdagangan dunia).

Rekor tapi timpang

Laporan yang sama menyebutkan—meski rekor—pemulihan arus perdagangan barang dan jasa masih belum merata. Sektor perdagangan jasa seperti pariwisata, misalnya, pada tahun ini masih akan tetap sedikit di bawah tingkat pra pandemi Covid-19.

Pada sektor manufaktur, trade-in terkait produk energi tumbuh paling besar, berkat tingginya permintaan dan kenaikan harga bahan bakar fosil. Sedangkan, industri otomotif dan elektronik perdagangannya terdampak kelangkaan semikonduktor global.

Jika ditelisik dari perspektif kewilayahan, pada periode yang sama, pertumbuhan perdagangan juga timpang. Arus perdagangan meningkat lebih kuat pada negara-negara berkembang ketimbang negara ekonomi maju, kata laporan itu.

Kondisi tersebut, menurut Unctad, terjadi, misalnya, di India. Sedangkan, arus perdagangan Tiongkok relatif stabil meskipun sudah pada tingkat yang tinggi.

Surplus perdagangan Indonesia

Beriring dengan tren dunia, Indonesia saat ini juga tengah menikmati pemulihan kinerja perdagangan yang signifikan. Fakta dari hal tersebut bisa dilihat dalam data Badan Pusat Statistik (BPS).

Menurut BPS, pada Oktober 2021, Indonesia beroleh surplus perdagangan mencapai US$5,73 miliar (sekitar Rp81,7 triliun). Nilai itu merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah serta memecahkan rekor US$4,37 miliar pada bulan sebelumnya. Secara kumulatif, pada Januari-Oktober tahun ini, surplus perdagangan Indonesia mencapai US$30,81 miliar (Rp439,0 triliun), atau tumbuh 82,0 persen secara tahunan.

“Jika surplus perdagangan terus konsisten pada triwulan empat 2021, maka tahun ini Indonesia akan mendapatkan surplus terbesar pertama kali dalam sejarah,” kata Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, dalam keterangan di Jakarta, Rabu (17/11), seperti dikutip dari Antara.

Secara mendetail, surplus itu tercipta akibat nilai ekspor yang lebih tinggi daripada impor. Pada periode sama, ekspor tumbuh 41,80 persen menjadi US$186,32 miliar (Rp2.655 triliun). Komoditas yang berkontribusi banyak terhadap ekspor, terdiri dari: lemak dan minyak hewan nabati (menyumbang 15,48 persen), dan BBM (14,42 persen).

Nilai impor Indonesia juga tumbuh 35,86 persen menjadi US$155,51 miliar (Rp2.216 triliun). Ada pun di periode sama Indonesia banyak mengimpor barang, seperti: mesin dan peralatan mekanis dan mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Mega Insurance dan MSIG Indonesia Kolaborasi Luncurkan M-Assist
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024
Booming Chip Dorong Pertumbuhan Ekonomi Singapura
Pimpinan G20 Sepakat Kerja Sama Pajaki Kelompok Super Kaya
Dorong Bisnis, Starbucks Jajaki Kemitraan Strategis di Cina