Jakarta, FORTUNE - Meski memiliki latar belakang pendidikan yang tidak selaras dengan profesi yang dilakoninya, Direktur Utama BRI Sunarso tidak merasa hal tersebut menjadi hambatan baginya untuk menahkodai bank UMKM terbesar di Indonesia itu. Segudang pengalaman di sejumlah bank Indonesia menjadikan alumni Institut Pertanian Bogor itu piawai dalam menangani perusahaan di industri keuangan.
“Saya datang dari dunia perbankan (yang fokusnya korporasi). Terus kemudian dipindahkan ke BRI, ke Pegadaian, disuruh mengurus UMKM, kemudian semuanya bilang ‘dia jago ini’. Tapi, kemudian untuk (sanggup) mengukur diri kita, (itu) penting untuk menjaga sustainability," ujar Sunarso saat menjadi pembicara di sesi If You Can Measure It, You Can’t Improve It dalam acara Fortune Indonesia Summit 2022 yang digelar di The Westin Jakarta, pada 18-19 Mei 2022 pukul 09.00-18.00 WIB.
Tantangan bekerja di bank
Ketika menghadiri sebuah pertemuan dengan para investor di California, Sunarso pernah ditanya tentang alasan bekerja di institusi yang fokusnya sama sekali bertolak belakang dengan latar belakang pendidikannya. Dia juga mendapatkan pertanyaan tantangan apa yang dihadapinya.
Sunarso mengatakan, tantangan masuk ke bank yang baru adalah bagaimana menciptakan sistem yang dapat mengakomodasi keunikan manusia. “How to humanize the system,” katanya. Dengan prinsip itu, dia berhasil mentransformasi bank dengan sistem yang buruk menjadi lebih rapi.
Pria asal Pasuruan itu juga menyatakan pentingnya data dalam menentukan ke mana arah perusahaan selanjutnya. "Tapi, sehebat-hebatnya data, (data itu) harus bisa bicara. Dan yang bisa mengkomunikasikan data menjadi bermakna itu adalah manusianya, pemimpinnya. Itu dulu prinsipnya," ujar Sunarso.
Sunarso mengatakan telah membuat gerakan sederhana di BRI yang mudah dipahami orang. Di ruang kerjanya, Sunarso bahkan memiliki dashboard yang dapat menampilkan transaksi harian, detik demi detik di seluruh kantor BRI. Semua transaksi dari ujung barat hingga timur Indonesia dapat dipantau di sana.
"Kita ngomong BRI apa adanya. Menilai diri kita bukan sekadar dari laporan keuangannya, tetapi lebih detail lagi agar kita tahu siapa kita. Jadi, data ini begitu penting," kata Fortune Indonesia Businessperson of the Year ini.
Pada era digitalisasi, data adalah nutrisi—seperti otak mendapat asupan dari asam amino dan sebagainya. Kuncinya ada pada detail. "Saya memimpin transformasi BRI dalam digital dan culture. Transformasi digital adalah transformasi tentang database, sedangkan culture adalah bagaimana data itu bisa bicara dan kita pahami," ujar Sunarso. (WEB)