Jakarta, FORTUNE - East Ventures, Perusahaan modal ventura yang memelopori investasi startup teknologi di seluruh bidang (sector-agnostic) dan paling aktif di Asia Tenggara, pada April lalu merilis East Ventures - Sustainability Report 2022. Laporan ini mengungkap perihal komitmen dan berbagai inisiatif East Ventures beserta ekosistemnya, dalam membentuk kerangka kerja investasi yang berkelanjutan dan inklusif.
Saat menjadi pembicara di sesi The Sudden Rise and Future of Investment dalam Fortune Indonesia Summit 2022, Avina Sugiarto, selaku Venture Partner East Ventures mengatakan bahwa komitmen penerapan Environment, Social, and Governance (ESG) bukanlah sekadar jargon.
"Ada banyak perubahan dalam konsumerisme. Konsumen semakin peduli dengan praktik bisnis yang etis, terjadinya peralihan preferensi menuju produk dan layanan yang ramah lingkungan dan bertanggung jawab secara sosial, dan para pekerja yang memilih perusahaan yang menghadirkan dampak bagi masyarakat," katanya di The Westin Jakarta, Kamis (19/5).
Implementasi ESG tingkatkan produktivitas
Menurutnya, implementasi ESG yang kuat akan meningkatkan produktivitas perusahaan secara keseluruhan. Caranya, dengan menarik talenta yang berkualitas, serta meningkatkan transparansi dan perlindungan reputasi melalui tata kelola yang baik dan manajemen risiko yang tepat.
Komitmen East Ventures terhadap praktik berkelanjutan tercermin dari berbagai inisiatif, termasuk menjadi perusahaan venture capital Indonesia pertama yang menandatangani Principles of Responsible Investment (PRI) yang didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), memiliki 52 persen karyawan perempuan, 33 persen partner perempuan, dan sebagainya.
Melalui laporan ini, East Ventures turut mengumumkan pembentukan Tim Kepemimpinan ESG untuk mengelola investasi yang bertanggung jawab serta berkelanjutan. Tidak hanya berfokus pada penyempurnaan kebijakan internalnya, East Ventures pun terus mempromosikan penerapan ESG di seluruh portofolio dan ekosistemnya.
Peran penting digitalisasi
Avina menilai, digitalisasi menjadi faktor pendukung yang krusial. Terutama bagaimana teknologi dapat diterapkan dalam menghadirkan solusi, serta menjangkau lebih banyak populasi yang masih memiliki keterbatasan sumber daya.
“Dalam investasi, bukan hanya menargetkan financial return, tetapi juga melihat portofolio investasi kita dapat berdampak. Salah satunya, Ruangguru yang bisa memberikan akses materi belajar lebih baik hingga ke daerah dengan adanya teknologi. Dampaknya jangka panjang dan keseluruhan teknologi jadi game changer,” katanya.
Dengan pengalaman lebih dari satu dekade sebagai investor, East Ventures menjelma sebagai perusahaan modal ventura berpengaruh di Asia Tenggara. Kini mereka mengelola asset under management (AUM) lebih dari US$1 miliar, sekitar Rp14,5 triliun. Jumlah perusahaan portofolionya bahkan melampaui 200 perusahaan yang tersebar di Asia Tenggara.
East Ventures juga baru saja mengumumkan perolehan pendanaan sebesar US$550 juta atau kisaran Rp8 triliun dari berbagai investor. Dalam keterangan resmi, Co-Founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menuturkan, pihaknya kini telah mengubah diri dari investor tahap awal menjadi investor multi-stage, sekaligus menjadi platform yang efisien dan kuat untuk mendukung kewirausahaan. (WEB)