84% Perusahaan Asia Pasifik Masih Terapkan Sistem Kerja Hybrid

AI generatif jadi penggerak utama keberhasilan perusahaan.

84% Perusahaan Asia Pasifik Masih Terapkan Sistem Kerja Hybrid
Ilustrasi penggunaan zoom (unsplash/chris montgomery)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Sistem kerja hibrida atau Hybrid yang fleksibel masih mendominasi perusahaan di Asia Pasifik dengan 84 persen perusahaan menerapkan sistem tersebut baik dengan model kerja separuh hibrida (58 persen) maupun jarak jauh total (26 persen). 

Hal itu terungkap dalam laporan hasil survei Zoom terbaru yang bertajuk “Menavigasi Masa Depan Pekerjaan: Perspektif Global tentang Model dan Teknologi Hibrida” dalam acara Employee Experience (EX) Summit 2024 Asia Pasifik. 

“Fleksibilitas di tempat kerja tak hanya menjadi semakin lazim di kawasan Asia Pasifik, tetapi juga semakin beragam - mulai dari pengaturan jam kerja fleksibel hingga pengaturan kerja berdasarkan lokasi, peran, atau bahkan bergilir,” ujar Ricky Kapur, Head of Asia Pacific Zoom melalui keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Kamis (29/8).

Sistem kerja hybrid dinilai lebih produktif

Ilustrasi pertemuan via Zoom. Shutterstock/ymphotos

Survei tersebut menenukan bahwa gaya kerja hibrida lebih disukai, tetapi bentuknya akan berbeda bagi setiap perusahaan. Seiring dengan tren perusahaan yang menyesuaikan gaya kerja mereka untuk memenuhi kebutuhan bisnis dan karyawannya, produktivitas muncul sebagai alasan dan prioritas utama perusahaan menerapkan hybrid. 

87 persen jajaran eksekutif di Asia Pasifik menjadikan peningkatan produktivitas sebagai pertimbangan utama ketika menentukan gaya kerja yang terbaik bagi perusahaan mereka. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan jumlah pimpinan perusahaan di Amerika Utara (86 persen) atau Eropa Barat (81 persen). 

Studi ini juga menyimpulkan bahwa karyawan merasa paling produktif dalam lingkungan kerja hibrida, dengan 83 persen karyawan di Asia Pasifik setuju bahwa mereka dapat menyelesaikan lebih banyak pekerjaan saat bekerja secara hibrida atau jarak jauh dibandingkan dengan bekerja di kantor secara fisik. 

Meski dengan alasan berbeda, hal ini membuktikan betapa pentingnya memiliki teknologi yang tepat untuk membuat karyawan tetap saling terhubung, di mana pun mereka berada. 

AI generatif jadi penggerak utama keberhasilan perusahaan di masa depan

Ilustrasi penerapan teknologi AI. (dok. IBM)

Untuk mempersiapkan diri dalam menyambut gaya kerja di masa depan, studi ini juga mengungkapkan fakta bahwa perusahaan perlu menyempurnakan teknologi yang mereka gunakan saat ini. 

Sebagian besar karyawan atau 81 persen setuju bahwa perangkat dan teknologi yang saat ini digunakan perusahaan untuk bekerja jarak jauh masih perlu ditingkatkan. 

Sejumlah perusahaan telah merasakan manfaat dari penggunaan AI, di mana 85 persen pemimpin perusahaan di Asia Pasifik percaya bahwa AI generatif telah membuat karyawan menjadi lebih produktif. Sejalan dengan hal ini, sebanyak 69 persen karyawan di Asia Pasifik pun setuju bahwa AI generatif mempermudah pekerjaan mereka.

Magazine

SEE MORE>
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024

IDN Channels

Most Popular

52 K/L Belum Pungut Denda dan Kurang Bayar, Total Rp3,44 Triliun
BEI dan Target IPO 2025, Juga Upaya Mewujudkannya
Apa Itu BRICS: Sejarah dan Perannya Melawan Dominasi G7
Sritex (SRIL) Pailit, Bagaimana Nasib Investor Publik dan Sahamnya?
Sritex Dinyatakan Pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang
Laba Bersih Kuartal III Anjlok 28%, Unilever Enggan Ikut Perang Harga