Chandra Asri gandeng INA Kembangkan Pabrik Chlor-Alkali

Kerja sama tersebut dukung hilirisasi rantai nilai nikel.

Chandra Asri gandeng INA Kembangkan Pabrik Chlor-Alkali
Fasilitas Chandra Asri, emiten petrokimia milik konglomerat Prajogo Pangestu. (Website Chandra Asri)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Perusahaan petrokimia terintegrasi di Indonesia, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (Chandra Asri) bekerjasama dengan Indonesia Investment Authority (INA) yang merupakan sovereign wealth fund Indonesia mengembangkan pabrik chlor-alkali berskala dunia di Indonesia. 

INA, bersama dengan calon investor internasional lainnya, akan menjajaki rencana pembelian saham PT Chandra Asri Alkali (CAA), anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Chandra Asri yang telah didirikan sebagai special purpose vehicle untuk berinvestasi dalam pembangunan pabrik chlor-alkali berskala dunia. 

Director of HR & Corporate Affairs Chandra Asri, Suryandi menjelaskan, pabrik ini akan memproduksi lebih dari 400.000 metrik ton per tahun caustic soda (dikenal juga sebagai sodium hydroxide) dan 500.000 metrik ton per tahun ethylene dichloride (EDC).

"Jadi ini bagian dari rencsna besar Chandra Asih untuk menhembangkan bisnis petrokimia. Kita ketahui, sudah setahun ini kendaraan listrik sedang tren. Nah bahan ini sangat dibutuhkan di pertambangan, alumunium dan nikel," jelas Suryandi saat diskusi dengan media, Jumat malam (14/4). 

Dukung hilirisasi rantai nilai nikel

Director of HR & Corporate Affairs Chandra Asri, Suryandi saat Berbincang Dengan Media di Jakarta (14/4)

Sebagai bagian dari akselerasi pembangunan pabrik ini, Chandra Asri juga telah menandatangani perjanjian basic engineering and licensing dengan Asahi Kasei Corporation (AKC) dari Jepang, pemegang lisensi terkemuka kelas dunia dengan kekayaan intelektual canggih untuk pembangunan pabrik chlor-alkali berskala dunia. 

Pada kesempatan berbeda, Ketua Dewan Direktur INA, Ridha Wirakusumah sempat  mengatakan, kolaborasi ini sangat selaras dengan tema investasi prioritas kami untuk mendukung hilirisasi rantai nilai nikel–komponen penting dalam pengembangan industri kendaraan listrik. 

"Melalui kerja sama ini, kami bertujuan untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor caustic soda secara signifikan dan meningkatkan ketahanan ekonomi negara kita. Kepemimpinan pasar dan keahlian yang teruji menjadikan Chandra Asri mitra yang ideal bagi INA untuk menjalankan proyek ini," kata Ridha melalui keterangan resminya. 

Seperti diketahui, caustic soda merupakan bahan baku penting bagi industri hilir yang terus bertumbuh di Indonesia, seperti ekstraksi alumina, ekstraksi nikel, pengolahan air, produksi tekstil, produksi pulp dan kertas, serta produksi sabun dan deterjen. Ethylene dichloride adalah bahan baku utama dari bahan kimia perantara untuk produksi polyvinyl chloride (PVC), yang banyak digunakan dalam berbagai aplikasi produk akhir termasuk konstruksi dan pengemasan. 

Investasi ini jelas mendukung ambisi Indonesia sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia, untuk memosisikan diri dalam rantai nilai kendaraan listrik global guna memenuhi kebutuhan caustic soda yang terus meningkat. Meningkatnya penggunaan kendaraan listrik di seluruh dunia otomatis akan mendorong permintaan nikel, yang merupakan bahan baku utama baterai.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Selain Bukalapak, Ini 7 e-Commerce yang Tutup di Indonesia
Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya