Bali, FORTUNE - PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) dan Hyundai Motor Company (HMC) menyetujui Nota Kesepahaman (MoU) ihwal pasokan aluminium dalam urusan produksi mobil.
Mengacu pada MoU itu, di tahap awal, Hyundai berhak membeli aluminium produksi anak usaha Adaro Minerals, yakni PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI). Itu bakal menjaga kestabilan jumlah pasokan aluminium bagi sang raksasa otomotif Korsel–Hyundai.
“Lewat dukungan semua pemangku kepentingan dan Hyundai Motor Company, kami berharap dapat mencapai tanggal operasi komersial (COD) pada kuartal pertama 2025 dan memproduksi aluminium sebesar 500.000 TPA di fase awal,” kata Presiden Direktur Adaro Minerals, Christian Ariano Rachmat, Minggu (13/11).
Selain itu, kesepakatan tersebut juga membahas negosiasi awal tentang pembelian aluminium rendah karbon KAI ke depannya. Adapun, volume offtake itu berkisar di antara 50.000 TPA sampai dengan 100.000 TPA.
Proses penandatanganan antara kedua pihak berlangsung di gelaran B20 Summit Indonesia yang berlokasi di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali.
Smelter aluminium Adaro Minerals
Setahun lalu, Adaro Mineral memang mengungkapkan rencananya membangun smelter aluminium senilai US$278 juta. Per September 2022 pembangunan smelter itu ada di tahap prakonstruksi. Perseroan pun memfokuskan pendirian jetty konstruksi. Selain itu, perseroan pun melaksanakan pembebasan lahan.
Total belanja modal yang dikucurkan untuk smelter itu diproyeksi mencapai US$1,1 miliar. Sumber pembiayaannya adalah ekuitas dan pinjaman perbankan. Sekitar tiga sampai lima tahun ke depan, proyek aluminium itu masih akan jadi prioritas perseroan.
“Pembangunan smelter ini akan memakan waktu 2 tahun untuk tahap pertama, direncanakan selesai dalam kurun waktu sekitar kuartal pertama 2025,” kata Manajemen Adaro Minerals dalam paparan publik pada September.
Komitmen produksi EV Hyundai
Hyundai telah menjalankan pabrik di Indonesia sejak Maret 2022, yang mampu merakit sekitar 150.000 unit tiap tahun. Ke depannya, fasilitas manufaktur itu bakal turut memproduksi kendaraan listrik (electric vehicle).
“Kami aktif bekerja sama dengan Indonesia di berbagai bidang, yang membuat perusahaan dapat bersinergi ke industri otomotif di masa depan. Misalnya, dengan investasi di perusahaan patungan produsen sel baterai,” ujar Presiden dan CEO Hyundai Motor Company, Jaehoon Chang.
Adapun, perusahaan kongsi penghasil sel baterai Hyundai Motor-LG Energy Solution sudah memulai pembangunan fasilitas produksi sel baterai sejak September 2021. Rencananya, itu akan rampung di paruh pertama 2023. Adapun, kapasitas produksinya mencapai 10 gigawatt sel baterai per tahun. Jumlah itu dapat memasok daya 150.000 kendaraan listrik.