Jakarta, FORTUNE - Kotak ingatan Johannes Suriadjaja, Presiden Direktur PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), berisi berbagai memori. Salah satunya, anekdot di balik investasi dari afiliasi Grup Djarum, PT Anarawata Puspa Utama (APU).
Demi Subang Smartpolitan, SSI aktif mencari mitra strategis beberapa tahun terakhir. Namun, ternyata perseroan sempat hampir gagal mendapatkan calon mitra strategisnya.
Pada akhir 2022, ada salah satu potensial mitra kuat: BUMN asal Singapura. Penjajakan dan pembicaraan pun dilakukan selama beberapa bulan sejak saat itu. Kendati demikian, kesepakatan di antara kedua pihak gagal antara April dan Mei 2023.
Sejak itu, Johny, sapaan Johannes, dan tim kembali berupaya mencari partner. Ia berbicara dengan beberapa pihak lagi. "Yang mana semuanya pada akhir 2023 itu, tidak ada yang ingin memasukkan investasi," kata Johny dalam wawancara khusus kepada Fortune Indonesia (19/9).
Melihat itu, Johny tiba-tiba terpikir untuk menawarkan kesepakatan itu kepada Grup Djarum. Ia melihat potensi kerja sama, sebab grup konglomerasi itu juga bergelut di bidang infrastruktur seperti menara dan kabel optik. Ternyata instingnya tajam juga. Februari 2024, SSI membuka obrolan ihwal penawaran menjadi mitra strategis itu. Hanya perlu dua bulan hingga komitmen investasi diamankan.
Adapun, investasi itu dilakukan oleh APU yang terafiliasi dengan Grup Djarum. SSI dan APU menyetujui Perjanjian Pengikatan Jual Beli Saham dan Pengambilan Saham-Saham Baru milik anak usaha perseroan, PT Suryacipta Swadaya (SCS). Nilainya Rp3,1 triliun. Setelah transaksi, kepemilikan SSI atas saham SCS menjadi 63,5 persen. APU sendiri berkaitan dengan PT Bank BCA Syariah, yang dimiliki oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
“Cepat sekali. Saya juga bingung, kok bisa secepat ini?” Tanyanya. “Karena mereka begitu percayanya, mungkin sudah pelajari latar belakang kami dan lain-lain. Lalu bulan Juni sudah langsung bayar lunas.”
Selama 2024 ini, SSI sendiri membidik target penjualan lahan industri (Karawang dan Subang) seluas 184 hektare dengan nilai Rp2,2 triliun. Hingga paruh pertama 2024, SCS sudah membukukan prapenjualan 132,4 hektare dengan nilai Rp1,5 triliun. Yang, mayoritas datang dari penjualan lahan kepada BYD, yakni 108 hektare.
Menyusul BYD, ada sejumlah calon tenant baru dalam antrean masuk ke Subang Smartpolitan, termasuk industri turunan yang berkaitan dengan mobil listrik. Selain itu, lahan industri SSI pun diisi oleh pelanggan dari sektor alat berat, bahan bangunan, panel surya, otomotif, consumer goods, dan garmen.