Jakarta, FORTUNE - PT Astra Daihatsu Motor (ADM) mencatat efisiensi produksi seiring penerapan digitalisasi manajemen aset manufaktur. Produksi kendaraan perusahaan naik menjadi 40 ribu unit per bulan saat ini.
Head of Corporate IT Division Astra Daihatsu Motor dan CIO Astra Mobil 3 Group, Akmal Kusumajaya mengatakan, angka itu tumbuh signifikan. Jika pada tahun 2003, perusahaan bisa memproduksi 2.000-an unit mobil per bulan, saat ini rata-rata produksi tersebut bisa dicapai perusahaan per hari.
“Secara bertahap naik (produksinya), dari 3 lini produksi,” katanya kepada Fortune Indonesia, Kamis (8/9) di Konferensi Pers IBM Solutions Summit 2022.
Tak hanya dari segi tingkat produksi, perusahaan juga telah memangkas waktu indent bagi pelanggan. Di awal tahun 2000-an, saat Xenia dan Avanza baru dirilis, waktu indent berkisar di antara 6–12 bulan. Sekarang, perusahaan sudah bisa mengirim unit dalam waktu sebulan.
Akmal berujar, “Sekarang turun signifikan (waktu indent). Tinggal proses administrasi seperti balik nama dan sebagainya.”
Berkat pemeliharaan aset berbasis teknologi
Menurutnya, hasil tersebut dicapai berkat aset manajemen teringrasi, termasuk pemeliharaan aset berbasis teknologi. Menurut Akmal, inovasi manufaktur itu dapat menekan risiko kegagalan sampai 1 persen.
Selain bisa mengakselerasi produksi, hal itu juga bisa menekan biaya produksi dan angka down time. Jika dulu unit mobil jadi keluar tiap 3–4 menit sekali di pabrik, maka kini hanya butuh waktu 1,4–1,5 menit. “Sehingga meningkatkan pendapatan perusahaan secara keseluruhan,” ujarnya.
Baginya, penting untuk mereduksi biaya dalam proses manufaktur. Salah satu caranya, dengan efisiensi seluruh lini bisnis. Teknologi digital seperti hybrid cloud dan kecerdasan buatan berperan penting dalam inovasi manufaktur ADM. Terlebih, laporan IBM Institute of Business Value (IBV) menyebut, 88 persen dari CEO di Indonesia percaya komputasi awan jadi pendorong utama ketangkasan bisnis, dan 42 persen CEO mengaku kecerdasan buatan memberi manfaat bagi bisnis perusahaan.
Untuk saat ini, perseroan masih mengandalkan analisis big data yang dikumpulkan dari serangkaian proses bisnis, disertai perangkat-perangkat IoT. Dalam 3–4 tahun ke depan, ADM berharap dapat mengaplikasikan kecerdasan buatan dalam proses manufakturnya.
Bagaimana dengan jaringan 5G? “Belum ada kebutuhan. Yang saat ini sudah digunakan masih kabel fiber optic, jasa provider yang ada. Ke depannya kami (akan) senang jika ada 5G, benar-benar percaya diri untuk menambah perangkat IoT di seluruh lini,” paparnya.
Sejak 2018, ADM mengimplementasikan IBM Maximo Enterprises Asset Management (EAM) lewat kemitraan dengan Talian Infodinamika. Itu berfungsi mengembangkan program menyeluruh dari pemeliharaan preventif, prediktif, rutin, atau tak terencana dan tak tergantung pada ukuran bisnis, jumlah situs serta lokasi.