Jakarta, FORTUNE - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) buka suara soal kabar peletakan batu pertama atau Groundbreaking di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara pada bulan Juli ini.
"Kami sampai saat ini masih melakukan koordinasi dengan otorita IKN. Sejauh ini kami juga akan melanjutkan komunikasi intens juga dengan pihak IKN, mudah-mudahan nanti kami bisa menyepakati kira-kira seperti apa untuk BCA di IKN ke depan," jelas Executive Vice President (EVP) Corporate Communication and Social responsibility BCA, Hera F. Haryn menanggapi kabar itu, saat ditemui di Menara BCA, Senin (15/7).
Lebih lanjut, ia menambahkan, BCA akan terus berupaya menyokong pemerintah untuk menyediakan produk dan layanan finansial di wilayah IKN.
Namun, perihal perincian kapan peletakan batu pertama proyek yang melibatkan BCA di IKN Nusantara akan dilakukan, Hera tak berkomentar lebih lanjut. "Kami masih berkoordinasi, nanti mungkin boleh dikonfirmasi ke pihak otorita saja," imbuh Hera lagi.
Sebelum ini, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Plt. Kepala Otorita IKN, Basuki Hadimuljono sempat menyebut BCA sebagai salah satu perusahaan yang bakal berpartisipasi sebagai investor dalam groundbreaking pada akhir bulan ini, sebagai bagian dari proyek ke-7 di IKN.
Adapun, Basuki mengatakan maksimal akan ada lima calon investor yang akan jadi peserta di proyek tersebut. Termasuk BCA. "Kelihatannya ada [kegiatan groundbreaking pada Juli ini], tapi tak banyak. Maksimal ada 5 proyek, sektornya macam-macam. Tapi salah satunya yang akan groundbreaking adlaah BCA," ujar Basuki pada Jumat pekan lalu kepada pers di Kementerian PUPR.
Sebelumnya, groundbreaking keenam di IKN Nusantara pada Mei 2024 membidik proyek yang berkaitan dengan pendidikan. Arah perencanaan, konsep, dan strategi pendidikan di Kawasan IKN (KIKN) berlandaskan pada sejumlah pertimbangan, yakni: kntervensi di tingkat kejuruan sangat penting untuk memenuhi kebutuhan talenta dari klaster ekonomi baru karena sekitar 60 persen dari proyeksi pekerjaan di 2045 dengan sifat kejuruan.
Selain itu, hal itu dilakukan demi meningkatkan ketersediaan pendidikan tersier lanjutan di bidang science, technology, engineering, and mathematics (STEM) dan manajemen guna mendukung kebutuhan pertumbuhan dan inovasi dalam klaster ekonomi di masa depan.