Kisah Bisnis Luwes: dari Toko Kecil, Jadi Supermarket Favorit di Solo

Luwes sudah berdiri hampir 6 dekade.

Kisah Bisnis Luwes: dari Toko Kecil, Jadi Supermarket Favorit di Solo
Potret transaksi di kasir Luwes Kestalan. (Foto: Maulana Surya)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Solo, FORTUNE - Di luar merek yang dikenal di kancah nasional, sejumlah daerah sejatinya memiliki swalayan andalannya sendiri. Di area Solo dan sekitar Jawa Tengah misalnya, ada Luwes—jaringan ritel lokal yang tumbuh adaptif selama hampir enam dekade.
Pertengahan Mei 2024, ketika Kota Solo sedang ramai-ramainya karena peringatan HUT Dekranas, Fortune Indonesia terbang dari Jakarta ke Solo demi menemui Natasya Aviana Prasetiyo, 28, salah satu Manajemen Luwes Group, jaringan ritel raksasa di Kota Budaya itu. Ia merupakan generasi ketiga dari keluarga sejoli pebisnis Solo, yakni Tan Tjin Tjwan dan Djie Ping Nio. Keduanya telah berpulang, namun sosoknya tetap penting bagi anak-anak dan cucu-cucunya, terutama dalam menjaga Luwes Group.

Tasya—sapaan Natasya—menuturkan, kakek dan nenek buyutnya sempat mencoba sejumlah usaha lain sebelum menerjuni Bisnis Ritel; dari pabrik rokok lokal, pemintalan, hingga peternakan.

Keputusan untuk masuk ke bisnis ritel tak lepas dari intuisi Tan yang kuat, meski tanpa latar pendidikan formal. Kakek Tasya ditempa untuk bekerja sejak dini, sebab ia menjadi yatim saat masih berusia 7 tahun. Kini, usaha yang dibangunnya itu lestari di tangan generasi ketiga.

“Kadang, nenek bahkan papa dan kakak-kakaknya sampai bingung gitu, kok tiba-tiba pindah ke [bisnis] sini ya? Tapi ternyata terbukti, yang dilihat selalu tepat. Ritel ini juga salah satu yang ia lihat kansnya, yang orang lain mungkin enggak lihat,” katanya (16/5) saat ditemui di kantornya di Jalan Sutan Syahrir, Setabelan, Banjarsari, Surakarta.

Sebagaimana petuah Cina lama yang dipercaya sang kakek: kalau angin sedang besar, buka layar sebesar-besarnya. Agar kapal bisa melaju. Tak masalah ke mana nanti arahnya. Yang terpenting, manfaatkan dulu kesempatan yang dianalogikan sebagai angin itu. Begitu pula saat Tan menemukan peluang di bisnis ritel.

Luwes: dari toko kecil dekat Pasar Legi, jadi supermarket andal Solo

Kantor yang Fortune Indonesia datangi saat itu bersejarah, sebab Luwes Group dirintis dari sana. Bercerita tentang Engkong dan Emak membuat Tasya mengenang masa-masa ia kerap main ke toko yang hanya berukuran 10 meter persegi saat awal didirikan itu. Sebelum akhirnya toko pertama itu dialihfungsikan pada akhir 1990-an.

Kini, selain menjadi kantor, lantai satu gedung itu pun berfungsi sebagai toko roti Astria Bakery, yang juga salah satu bagian dari bisnis keluarga. Aroma khas roti yang baru dipanggang sontak menyambut setiap yang datang ke sana.

“Dulu hanya dua lantai, kalau sekarang kan tiga lantai. Kecil sekali [dulu], itu Luwes yang paling pertama," katanya.

Gedung itu adalah saksi bisu perjuangan Tan dan Djie membangun Luwes Group. Dari kisah yang Tasya dengar, dahulu keduanya menjual barang-barang dengan modal terbatas. Biaya operasional ditekan oleh sang nenek dengan mengayuh sepeda ontel untuk mengulak stok barang.

Melelahkan, memang. Namun, neneknya, yang menurutnya begitu gigih, tetap melakukannya tanpa mengeluh.

Sedikit demi sedikit, Luwes Group terus bertumbuh, hingga menjadi salah satu pusat belanja yang diandalkan oleh warga Solo dan sekitarnya. “Itu perjuangannya dulu. Dari satu toko, sekarang bisa menjadi lebih dari 20 toko, modalnya dari itu, harus ngontel sepeda dulu,” katanya.

Luwes Group kini sudah memiliki 21 gerai di berbagai kota/kabupaten di Jawa Tengah hingga Jawa Timur. Tasya dan saudara-saudaranya bertanggung jawab mengelola sekitar 10 gerai, di antaranya: Luwes Kestalan dan Luwes Gentan Park.

Untuk menyimpan stok, Luwes Group memiliki gudang sendiri. Demi menjaga efektivitas, sejumlah gudang hanya diaktifkan pada periode tertentu, seperti saat lebaran. Dus, yang konsisten beroperasi hanya sekitar 3–4 gudang.

Saat ini, Luwes Group punya sekitar 5.000 karyawan di seluruh gerai. Beberapa dari mereka bahkan bertumbuh bersama Luwes Group selama empat hingga lima dekade.

Tasya berujar, “Bahkan mereka bisa bilang, ibu yang itu, baru pertama kali, sebelumnya dia di cabang A, sekarang pindah ke cabang B.Jadi dia bisa cerita banyak tentang konsumen kami ini siapa? Inginnya apa? Sampai sedetail itu, sedekat itu.”

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Apa itu Review? Pengertian, Tujuan, Jenis, dan Cara Membuatnya
AMDAL Jadi Kendala, Proyek Pabrik Chandra Asri Tertunda
Siapa Pemilik Le Minerale? Ini Profilnya
Ancam Mogok Kerja 2 Hari, KSPI Tolak Wacana PPN 12 Persen
Antisipasi ledakan Trafik Data, Jaringan AI Butuh Peningkatan
Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024