Jakarta, FORTUNE - Nestlé Indonesia memfasilitasi cuti melahirkan hingga 7,5 bulan bagi para karyawan perempuannya sebagai salah satu komitmen perusahaan dalam mendukung pemberdayaan perempuan.
Presiden Direktur Nestlé Indonesia, Samer Chedid menyebut, perusahaan memercayai pemberdayaan perempuan berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi dan menciptakan generasi yang lebih produktif dan sehat. “Sehingga penting bagi kami untuk terus menghidupkan semangat emansipasi dan pemberdayaan perempuan di seluruh kegiatan operasi kami,” katanya dalam panel diskusi “Lanjutkan Semangat Kartini di Masa Kini” di kantor Nestlé Indonesia, dikutip Selasa (11/4).
Adapun, cuti melahirkan merupakan satu bagian dari Global Parental Policy. Di dalamnya juga ada kebijakan pemberian fasilitas ruang kerja pendukung ibu pekerja, hingga ruang laktasi di lokasi perusahaan–baik di kantor maupun pabrik.
Tak hanya itu, perusahaan juga memberikan cuti paternity bagi para karyawan pria yang istrinya baru melahirkan. “Saksi hidup, baru sebulan lalu anak saya lahir, dapat kesempatan paternity policy dan manajer saya sangat suportif,” kata HR Director Nestlé Indonesia, Fahrul Irvanto.
Mendorong partisipasi perempuan di internal dan eksternal
Di internal, Nestlé Indonesia menjalankan Diversity & Inclusion lewat meningkatkan partisipasi perempuan. Terutama di posisi kepemimpinan. Berdasarkan data internal, perusahaan FMCG itu memiliki 40 persen di level kepemimpinan per Maret 2023.
Fahrul mengatakan, upaya perusahaan dalam mewujudkan kesetaraan gender selama empat tahun telah berbuah skor 78 persen dalam Gender-Equality Index (GEI) Bloomberg pada 2022. “Itu berkat usaha berkesinambungan antara kebijakan, aktivitas, dan fasilitas. Kalau digabung menjadi satu, itu membuat perempuan merasa berada di tempat yang tepat untuk tumbuh,” kata Fahrul lagi.
Di sisi eksternal, Nestlé Indonesia juga menggandeng petani perempuan dalam melahirkan sistem pertanian regeneratif. Salah satu manifestasinya: kemitraan dengan petani kopi di Lampung, yang mana 2.500 dari 11.000 petani merupakan wanita tani.
Secara aktif, perusahaan memberi pendampingan kepada mereka lewat program kepemimpinan dan pelatihan tentang perencanaan ekonomi rumah tangga dan pelatihan bisnis. Sustainability Director Nestlé Indonesia, Prawitya Soemadijo berujar, “10 tahun kami telah bermitra [dengan mereka].”
Nestlé Indonesia pun bermitra dengan 26.000 mitra peternak sapi perah di Jawa Timur, yang sebagian perempuan. Tak hanya itu, para istri mitra peternak itu juga memperoleh pelatihan dan pendampingan ihwal pemanfaatan kotoran sapi sebagai sumber energi.
Menurut Corporate Affairs Director Nestlé Indonesia, Sufintri Rahayu, penggunaan biogas itu dapat mengurangi pengeluaran rumah tangga peternak, sekaligus membantu para istrinya dalam menjalani usaha rumahan. “Bisa jual gorengan, nasi uduk, tanpa harus keluar biaya untuk energi,” imbuhnya.