Jakarta, FORTUNE - Emiten kacang Tjokro Gunawan, PT Gunanusa Eramandiri Tbk (GUNA), resmi menjadi emiten ke-31 di Bursa Efek Indonesia per Selasa (9/7). Lantas, siapa itu Tjokro Gunawan?
Tjokro Gunawan adalah sosok di balik lahirnya Gunanusa Eramandiri pada 1993. Ia memulai perusahaan itu dengan fokus menghasilkan produk kacang tanah di pabrik seluas 1.000 meter persegi.
Seiring berjalannya waktu, kini GUNA sudah menghasilkan produk spesialisasi kacang-kacangan, yang tak hanya fokus ke kacang tanah, tapi juga kacang mete, almond, dan hazelnut. Pabriknya pun sudah bertambah menjadi 3, dengan total ruang lebih dari 20.000 meter persegi.
Hasil jerih payah Gunawan, sapaan akrabnya, itu tak hanya bermain di pasar domestik, tapi juga internasional. "Dari keterangan Pak Gunawan, 25 persen [bisnis GUNA] itu ekspor. Jadi ini luar biasa," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, yang menghadiri pencatatan saham GUNA di BEI.
Profil Tjokro Gunawan dan perjalanan kariernya
Gunawan mengantongi gelar Master of Business Administration dari Phillippine Christian University, Manila, pada 1979. Sebelumnya, ia sudah menyabet dua gelar sarjana, yakni Matematika dan Akuntansi.
Baginya, pendidikan bersifat krusial untuk mengubah jalan hidup seseorang. Termasuk dirinya, yang lahir dan tumbuh di keluarga sederhana; ayah sopir truk dan ibu penjual bensin campuran. Tak ada latar belakang pengusaha sama sekali.
"Itu kehidupan Ibu dan Ayah saya," katanya, dikutip dari wawancara dengan Bincang Emiten pada 2022 lalu. "Anaknya juga 5, saya yang paling besar."
Ia belajar banyak dari nilai-nilai yang orang tuanya tanamkan. Pertama, kebesaran hati untuk membagikan ilmu yang dimiliki. Seperti yang dilakukan oleh ayahnya. Sebagai sopir truk, di sela waktu istirahat, sosoknya selalu mengajari para kernetnya untuk mengemudi.
Ia bercerita, "Jadi kernet Ayah saya itu, paling dua tahun [jadi kernet], dari apa yang beliau ucapkan ke saya dan saya lihat sendiri, setelah itu pasti bisa mengemudi."
Nilai kedua adalah membantu orang yang hidupnya lebih sederhana dari mereka. Ketiga, menumpangi para anak-anak di area Kecamatan Masaran (tempat kelahiran ayahnya), yang butuh berkendara ke Sragen, sehingga Ayahnya selalu berangkat pukul 4 pagi.
"Itu bukan sehari atau dua hari, melainkan bertahun-tahun, sehingga Ayah punya beban, kalau sampai bangun terlambat, atau sakit, karena anak-anak itu menunggu truknya di pinggir jalan," jelasnya.
Gunawan bukan hanya menggeluti bidang makanan-minuman melalui GUNA. Di dunia pasar modal, ia tercatat sebagai Komisaris Independen Ciptadana Asset Management sejak 2019.
Setelah lulus, ia menjalani karier sebagai Manajer di Unilever Indonesia (1979–1983). Pekerjaan pertama itu ia mulai di tengah proses mendapatkan gelar magister kedua di bidang statistik di Filipina. Namun, karena adik nomor dua Gunawan menyuarakan keinginan untuk melanjutkan pendidikan juga, ia memilih untuk kembali ke Indonesia.
"Maka saya pulang, masuk Unilever," katanya. "Dan saya yang membiayai S-2 adik saya di Manila."
Karier Gunawan berlanjut di Kalbe Farma pada 1983 sampai dengan 1988 sebagai General Manager. Dari sana, Gunawan meneruskan karier di PT Dynaplast sebagai Direktur Keuangan (1989–2007). Kini, ia terdaftar sebagai Komisaris Utama PT Dynaplast.