Dorong Produksi, Industri Hulu Migas Butuh Tambahan Investasi US$187 M
Masih terjadi gap investasi yang besar setiap tahun.
Jakarta, FORTUNE – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendukung pengembangan industri hulu minyak dan gas bumi (migas) nasional untuk mencapai peningkatan target produksi 2030. Namun, dalam pengembangannya, industri ini masih memerlukan tambahan investasi hingga US$187 miliar atau setara Rp2.685 triliun.
Menteri ESDM, Arifin Tasrif, mengungkapkan rata-rata kebutuhan investasi hulu migas setiap tahun mencapai US$187 miliar. Maka, bila capaian investasinya berada di kisaran 10-11 miliar dollar AS, Tasrif menilai gap yang terjadi masih cukup besar.
“Dibutuhkan investasi sekitar US$187 miliar dari tahun 2021 sampai 2030,” ujarnya seperti dikutip Antara (21/12).
Berbagai dukungan pemerintah
Pemerintah Indonesia, menurutnya telah memberikan sejumlah dukungan, di antaranya berupa penyederhanaan proses perizinan, pemberian insentif fiskal maupun non-fiskal, hingga membebaskan investor untuk memilih jenis kontrak sesuai keinginan dan tingkat keekonomian, baik Production Sharing Contract (PSC) cost recovery atau PSC gross split.
Selain itu, Tasrif juga menyampaikan bahwa pemerintah juga telah menghilangkan biaya signature bonus, sehingga investor bisa memasukkan biaya tersebut untuk operasional. Dengan begitu, kebutuhan investasi dapat diturunkan.
“Kebijakan lainnya, seperti Destination Management Organization (DMO) Price yang diharapkan dapat meningkatkan ketertarikan investor menanamkan modalnya di industri hulu migas,” katanya.
Capaian target produksi
Menteri Arifin berharap, dengan dukungan ini, industri hulu migas, dalam hal ini SKK Migas dapat mengoptimalkan produksinya dengan upaya terbaik.Hal ini dibutuhkan demi mencapai target produksi 2030 sebesar 1 juta barel per hari (bpod) untuk minyak bumi dan 12 miliar standar kaki kubik per hari (MMscfd) bagi gas bumi.
“Saya mengingatkan pula agar industri hulu migas terus melakukan upaya kegiatan untuk emisi karbon. Langkah ini penting, agar dukungan terhadap industri hulu migas dapat teris didapatkan dari berbagai stakeholders,” tutur Arifin Tasrif.
Visi hulu migas rendah karbon
Sebelumnya, Menteri Arifin dalam keterangannya mengungkapkan, visi industri fosil dalam era transisi energi adalah industri hulu migas yang rendah karbon. Gas bumi akan menjadi penyokong energi di masa transisi dan akan terus dikembangkan untuk menggantikan peran batu bara.
Menurutnya, teknologi akan berperan penting dalam upaya mewujudkan visi tersebut. Oleh karena itu, investasi bagi pengembangan teknologi di lapangan akan terus dikawal dan diimplementasikan. “Stimulus investasi juga terus menerus akan dievaluasi agar Indonesia dapat memenangkan kompetisi, sehingga target peningkatan produksi dapat direalisasi,” ucapnya.