Perkuat Industri Minyak Atsiri, Kemenperin Tawarkan Insentif Fiskal
Atsiri merupakan prioritas nasional di industri hulu agro.
Jakarta, FORTUNE – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menawarkan fasilitas insentif fiskal berupa tax allowance, guna memperkuat hilir industri atsiri dan investasi baru.
Dalam lawatannya ke Jepang, Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan bahwa industri atsiri merupakan salah satu prioritas nasional dalam pengembangan di sektor industri hulu agro. Minyak atsiri atau sering dikenal juga sebagai minyak esensial adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman dan mewakili bau dari tanaman asalnya.
“Terdapat empat komoditas utama minyak atsiri yang menjadi prioritas pengembangan sektor atsiri nasional, yaitu minyak Nilam, minyak Serai Wangi, minyak Cengkih, dan minyak Pala,” kata Menteri Agus dalam keterangan yang diterima Fortune Indonesia, pada Rabu (29/6).
Untuk itu, Kemenperin telah memasukkan industri hilir minyak atsiri (IHMA) sebagai sektor pionir yang bisa mendapatkan fasilitas perpajakan berupa super tax deduction. Hal ini telah diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2019 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu.
Penguatan yang dilakukan
Menurut Agus, penguatan sektor industri atsiri di hilir perlu dilakukan dalam hal produksi bahan baku atau bahan penolong, dan penguatan di sektor perantara (intermediate) untuk mendukung pemenuhan kebutuhan bahan baku industri pengolahan atsiri.
Selain upaya pemberlakuan insentif fiskal, ungkap Agus, Kemenperin juga telah memberlakukan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk produk atsiri serta Standar Kompetensi Kerja Industri Atsiri Nasional. “Kami aktif berpartisipasi dalam pameran sektor industri atsiri baik berskala dalam dan luar negeri untuk promosi investasi dan pembangunan citra industri,” katanya.
Penawaran untuk Takasago International Corporation
Upaya menarik investasi IHMA atau minyak terapi kesehatan ini ditawarkan salah satunya kepada direksi Takasago International Corporation. Perusahaan ini merupakan grup terbesar pada sektor rasa dan wewangian Jepang yang sudah ada sejak 1920 dan telah beroperasi di 28 negara, dengan 25 pabrik dan 13 pusat riset. Selain produk rasa dan wewangian, Takasago juga membuat serta menjual bahan aroma serta fine chemical.
President & CEO Takasago International Corporation, Satoshi Masumura, mengatakan saat ini perusahaannya sudah memiliki pabrik produksi rasa dan wewangian di Cikarang, Jawa Barat. Selain itu, fasilitas kebun dan pengolahan awal minyak atsiri juga dimiliki Takasago di Purwokerto, Jawa Tengah. “Kekuatan Takasago adalah kemampuan riset dan pengembangan inovasi produk baru,” ucapnya.
Penguasaan riset inovasi dan proses produksi
Kemenperin juga terus memacu penguasaan riset inovasi teknologi produk dan proses produksi agar mampu mengikuti laju daur hidup produk atsiri yang sangat cepat. Untuk itu, Kemenperin pun telah meminta Ogawa International untuk membuat pusat riset atsiri hulu-hilir di Indonesia. “Agar Ogawa dapat memperluas atau menghilirkan minyak atsiri di pabrik Karawang,” kata Agus.
Ogawa akan bekerja sama dengan perguruan tinggi seperti IPB University dalam kegiatan penelitian dan pengembangan bahan baku rasa serta wewangian. Pada 2022-2027, secara bertahap Ogawa akan melakukan investasi sebesar US$7 juta untuk peningkatan kapasitas, optimasi teknologi, dan penerapan industri 4.0.
President & CEO Ogawa & Co., Ltd., Yutaka Ogawa, mengungkapkan PT. Ogawa Indonesia telah menerima manfaat dari teknologi riset pengembangan dan pengetahuan bidang manufaktur dari Ogawa Jepang.
“Ogawa berusaha untuk menyediakan produk dan layanan berkualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan,” ucapnya.