Industri Otomotif dan Properti Andalkan Insentif Sokong Pemulihan
Relaksasi pajak PPnBM sangat mempengaruhi penjualan mobil
Jakarta, FORTUNE – Industri otomotif dan properti terdampak cukup parah akibat pandemi Covid-19 tahun 2020 hingga akhirnya perlahan bangkit di 2021. Pelaku industri mengaku, pemulihan ini tak lepas dari dukungan insentif pajak pemerintah.
Direktur Marketing PT Astra Daihatsu Motor, Amelia Tjandra mengatakan, pemerintah memiliki peranan besar dalam menstabilkan kondisi industri otomotif melalui pemberian insentif relaksasi Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah (PPnBM) hingga 0 persen. Berkat insentif ini, penjualan mobil mampu naik 49 persen tahun lalu.
“PPKM ataupun kondisi pandemi, konsumen lebih banyak di rumah dan menghindari kerumunan. Ini membuat industri otomotif pun harus menyesuaikan diri. Tapi, karena pajak yang direlaksasi, industri otomotif bisa bergerak luar biasa,” kata kata Amelia dalam diskusi daring Indonesia Industry Outlook 2022, Rabu (9/2).
Selain pemberian insentif, daya beli masyarakat ada dan industri leasing yang sehat ddan mampu memberi bunga menarik, menjadi dua faktor lain yang mendukung industri otomotif. “Dengan adanya insentif, dengan adanya pertumbuhan daya beli, saya percaya industri otomotif akan naik, karena kebutuhannya tetap ada,” ucap Amelia.
Tercatat, pada Januari tahun ini ada sekitar 80.000 unit kendaraan yang terjual, tumbuh signifikan dibandingkan bulan yang sama tahun lalu yang berjumlah sekitar 54.000 unit.
Berdasarkan komunikasi terbaru pelaku usaha dengan pemerintah, kebijakan insentif akan tetap ada. Hanya saja, jumlahnya lebih kecil. "Harga di bawah 200 juta akan mendapatkan 0% sampai bulan Maret. Insentif ini diberikan secara adil untuk semua ” jelas Amelia Tjandra.
Momentum pemulihan industri properti
Country Manager Rumah.com, Marine Novota mengatakan dinamika industri sejak tahun 2021 lalu menunjukkan sektpr properti masih bergerak ke arah positif. Terutama dengan bantuan program pemerintah seperti Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) 0% dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 0% untuk pembelian di bawah Rp2 Miliar. Program ini membantu memperkuat atau bahkan meningkatkan daya beli konsumen.
“Pandemi membuat bisnis properti mulai terbiasa dan muncul kebiasan new normal untuk bertahan,” ungkap Marine Novita.
Salah satu kebiasaan yang berubah dengan aktivitas yang bergerak secara online selama pandemi. Hal ini membuat pencarian dan pembelian rumah beralih atau shifting melalui online. Informasi mengenai properti misalnya dapat dicari melalui media sosial, website developer langsung, dan dari rumah.com salah satunya.
Perpindahan (shifting) ini terbukti dari laporan rumah.com dimana dari sisi pencarian 37% mengalami kenaikan sejak tahun 2021.
"Hal ini menunjukan bahwa untuk setiap konsumen yang memang sudah siap melakukan pembelian tidak mudah tergoyahkan, mereka justru dengan kemauan sendiri melakukan penyesuaian melalui internet. Terbukti dalam kuartal ketiga lalu dalam Property Market Index, ada kenaikan sekitar 23,4%," katanya.
Adopsi teknologi
Pandemi juga membawa perubahan besar pada berbagai aktivitas di sektor properti, terutama dalam adopsi teknologi. Para pengembang mulai mengembangkan fitur yang mempermudah para pencari properti.
Informasi mengenai properti yang dijual tidak hanya sekedar foto dan tulisan, tetapi ada fitur 360 misalnya. Fitur ini memungkinkan pembeli mendapat virtual experience melihat rumah dari berbagai sisi. Mereka tidak perlu datang ke lokasi tapi dapat merasakan seperti ada di lokasi.Tenaga pemasar pun bisa memanfaatkan ini sebagai sarana untuk melakukan house tour.
Sementara terkait preferensi hunian akibat pandemi, Marine Novita menjustifikasi temuan tim riset bahwa hunian rumah tapak lebih diminati dibanding apartemen. Alasan kesehatan salah satu pertimbangan konsumen properti.
Rumah tapak ini menjadi pilihan karena memungkinkan kepemilikan ruang terbuka pribadi dibanding apartemen. Tren preferensi property-seeker saat ini memang pada hunian yang tidak terlalu padat.
Selain itu, muncul preferensi unik selama pandemi ini dari konsumen properti, yaitu konsep DIY (Do It Yourself) atau membangun sendiri konsep dan interior properti yang mereka beli.
Diperkuat dengan kondisi bekerja bisa dilakukan dari rumah sehingga konsumen akhirnya tidak masalah dengan lokasi perumahan di pinggir kota selama masih dapat diakses transportasi umum maupun pribadi dan lingkungan yang sesuai preferensi.
Temuan survei
Inventure, Alvara dan Ivosights melakukan survei pada akhir Desember 2021 terhadap 770 responden di 10 kota utama di Indonesia dan digital monitoring di media sosial untuk mengetahui sentimen netizen.
Berdasarkan hasil riset terkait industri properti menggelar Indonesia Industry Outlook 2022 terungkap bahwa pandemi menjadikan rumah sebagai pusat kehidupan, mulai dari beribadah, bekerja, belajar hingga mencari alternatif hiburan. Oleh karenanya rumah menjadi pusat segala aktivitas, sehingga memiliki rumah atau hunian kian menjadi semakin penting.
"Berdasarkan hasil survei Inventure-Alvara, 79% responden lebih memilih membeli rumah dibandingkan menyewa rumah. Mereka lebih menyukai rumah tapak meski terletak di pinggiran kota dibandingkan apartemen di pusat kota," tulis laporan tersebut.
Sementara ke depannya, rumah berbasis AiOT atau smart home lebih diminati, terbukti dari hasil riset Inventure-Alvara yang mengatakan bahwa 85,3% responden tertarik memilih pengembang yang menawarkan fitur-fitur smart home seperti smart lighting, smart security, dan lain-lain.
Terkait industri otomotif, hasil riset Inventure - Alvara menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu 70,6% enggan untuk membeli mobil 6 bulan kedepan jika kebijakan PPnBM dihapuskan.
Sementara itu, jika sebelumnya konsumen lebih percaya diri menggunakan mobil pribadi selama pandemi, kini 61,8% responden mengatakan sebaliknya yaitu lebih tertarik menggunakan transportasi umum dibanding menggunakan mobil pribadi. Terutama dengan semakin bagusnya fasilitas bus antarkota dibarengi dengan menurunnya kasus Covid-19.