Sovlo: Bisnis Suvenir Ciptakan Peluang Bisnis Bagi Ilustrator Lokal
Banyak ilustrator punya karya bagus tapi tak dimonetisasi.
Jakarta, FORTUNE – Jenama produsen produk suvenir, Sovlo, mengungkapkan bahwa Bisnis Suvenir berbasis ilustrasi di Indonesia terus menggeliat dan menciptakan Peluang Ekonomi bagi para Ilustrator lokal dalam memonetisasi karyanya.
Founder Sovlo Indonesia, Lidya Valensia, mengatakan bahwa pertumbuhan ini bisa dilihat dari bisnis Sovlo yang terus bertumbuh sejak didirikan pada 2020. “Peningkatan dari 2020 sampai tahun keempat bisnis ritel ini berdiri sudah mencapai 80 persen. Setiap tahunnya, rata-rata kami tumbuh sekitar 30 persen lebih, karena ada penambahan jumlah gerai dan kenaikan marketplace,” ujarnya kepada Fortune Indonesia, Jumat (12/7).
Hingga Juli 2024, Gerai offline Sovlo kini sudah mencapai 18 unit yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, diperkuat dengan toko online. “Hampir setiap bulan, kami ada penambahan toko,” katanya. “Kami menyesuaikan dengan 48 orang ilustrator yang berkolaborasi dengan kami, jumlah kanal distribusi ini dirasa cukup. Seiring berjalannya waktu kami menambah toko, maka ilustratornya juga akan kami tambah.”
Pameran seni Ter4si Sovlo
Untuk mengoptimalkan kasadaran publik pada karya-karya unik dan berkualitas para ilustrator yang berkolaborasi dengan Sovlo, merek ini mengadakan acara Ter4si Sovlo 2024 di Pos Bloc Jakarta, mulai 12-14 Juli 2024. Eveny ini juga bersamaan dengan perayaan empat tahun Sovlo berkarya di sektor ekonomi kreatif Indonesia.
Ter4si (Teras Inspirasi) akan jadi wadah bagi para ilustrator Indonesia di dalam ekosistem Sovlo, untuk memamerkan karya mereka, memperluas relasi, berkolaborasi, dan meningkatkan wawasan, serta menjual karya-karya mereka dalam konsep ‘Art You Can Wear’. Acara ini terbuka untuk umum tanpa dipungut biaya, termasuk untuk mengikuti berbagai kegiatan seni menarik, seperti pertunjukan tari dan musik; karaoke night; sampai dengan melukis pottery.
“Para ilustrator ini banyak yang sebenarnya bukan murni berprofesi sebagai ilustrator, ada yang ibu rumah tangga, karyawan kantoran, dan ragam rentang usia, di mana mereka punya skill gambar, tapi nggak punya sarana untuk memonetisasi karyanya,” ujar Lidya.
Sejak awal, kata Lidya, Sovlo mengkurasi sekitar 1.000 ilustrator, menyeleksinya, dan menetapkan 48 sosok yang dianggap bisa bekerja sama dengan Sovlo untuk menghadirkan karya-karya visual yang diterapkan ke dalam berbagai produk suvenir, seperti pakaian, tas, dan banyak varian lainnya.
Meski belum bisa mengungkapkan detail sistem kerja sama yang diterapkan dengan para ilustrator ini, namun Lidya mengungkapkan bahwa salah satu pendapatan mereka didapat sesuai karya mereka yang terjual. “Bukan hanya dari pembagian komisi penjualan, tapi mereka juga dapat exposure dari media dan acara-acara seperti Ter4si,” katanya.
Tantangan
Dalam menjalankan bisnis Sovlo, salah satu tantangan terbesar menurutnya ialah menciptakan ide ilustrasi dan menyesuaikannya dengan produk baru yang akan dirilis. Alhasil, Sovlo harus terus selalu mencari faktor pembeda pada produknya dibandingkan produk lokal sejenis.
“Bedanya, kami dikerjakan oleh ilustrator lokal, dari mulai gambar, tema, sampai penjahit lokal. Pemilihan tema memang dari kami, tapi kami tidak membatasi cara para ilustrator membuat karyanya, karena setiap mereka punya gaya dan ciri khas masing-masing. Kami tidak boleh menyentuh itu, karena akan membuat mereka jadi tidak bebas,” ujar Lidya.
Lidya berharap, Sovlo nantinya bisa jadi jenama lokal yang bisa membawa para ilustrator asli Indonesia berkarya dengan skala yang lebih besar lagi. Selain itu, bisa membuat peningkatan di sektor ekonomi kreatif Indonesia ke kancah pasar global.