Incar Kenaikan Laba 15%, SBMA Dorong Ekspansi di Kalimantan

- PT SBMA bidik peningkatan profitabilias 15% pada 2026 dengan ekspansi dan diversifikasi bisnis.
- Kalimantan menjadi wilayah strategis, kontribusi pertumbuhan ekonomi sektor pertambangan hingga 35%.
- Ekspansi ke sektor medis, tambang, pabrik pupuk, kertas, dan kerja sama dengan perusahaan besar di sektor energi dan pertambangan.
Jakarta, FORTUNE - PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA), emiten industri bahan kimia, membidik peningkatan profitabilitas 15 persen pada 2026, melalui ekspansi dan diversifikasi bisnis.
Direktur Operasional SBMA, Julianto Setyoadji mengatakan Kalimantan menjadi wilayah strategis untuk pengembangan bisnis perusahaan. SBMA telah meraih perpanjangan kontrak layanan gas industri untuk tiga bulan pertama senilai hamper Rp1 miliar.
“Kepercayaan pelanggan terus meningkat seiring kualitas layanan dan aplikasi gas kami yang unggul,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (7/7).
Julianto menjelaskan sejumlah alasan di balik ekspansinya di Kalimantan Timur. Pertumbuhan ekonomi yang mencapai 4,08 persen pada triwulan I 2025 dengan 35 persen merupakan kontribusi dari sektor pertambangan, menjadi katalis bagi SBMA menggarap daerah tersebut.
Selain itu, di kawasan tersebut, sektor galangan kapal (shipyard) menyumbang peningkatan permintaan gas oksigen hingga 10 persen.
Dengan kontribusi Kalimantan Timur yang mencapai hampir 47 persen terhadap ekonomi Pulau Kalimantan membuat SBMA optimistis ekspansi bisnis yang berkelanjutan di wilayah ini. SBMA yakin langkah ini akan memberikan dampak positif bagi perusahaan serta bagi pertumbuhan industri secara keseluruhan.
Tidak hanya sektor tambang, ekspansi SBMA juga menyasar sektor medis di Kalimantan Selatan yang menunjukkan respons positif. “Kebutuhan gas medis di wilayah ini diperkirakan mencapai 100 ton per bulan. Ini merupakan pasar strategis yang kami garap secara serius,” kata Julianto.
Peluang kebutuhan gas industri
Julianto juga melihat potensi pasar di sektor industri kimia seperti pabrik pupuk dan kertas maish terbuka lebar, dengan nilai penjualan bulanan rata-rata lebih dari Rp100 juta.
Emiten industri kimia anorganik ini juga menjajaki kerja sama strategis dengan beberapa perusahaan besar di sektor energi dan pertambangan seperti Petrosea (PTRO), Adaro (AADI), serta sektor migas, dengan pendekatan layanan yang unggul dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
"Faktor geopolitik tentu menjadi pertimbangan, namun pendekatan berbasis service excellence menjadi kunci kemajuan kami," ujar dia.
Upaya mencapai target profitabilitas itu juga melalui diversifikasi bisnis yakni daur ulang hasil produksi menjadi produk bermanfaat seperti paving block, sebagai bentuk efisiensi dan kontribusi terhadap kelestarian lingkungan.