Bos Danantara dan Bos Lubrizol Bertemu, Ini yang Dibahas

- Rosan Roeslani, CEO BPI Danantara, membahas kerja sama investasi jangka panjang dengan CEO Lubrizol, Rebecca Liebert.
- Pertemuan membahas arah pembangunan Indonesia hingga 2030 dan strategi ekspansi Lubrizol di Asia Pasifik.
- Lubrizol berfokus ke pasar Asean, terutama Indonesia, dan berpotensi mendirikan pabrik lokal pada masa mendatang.
Jakarta, FORTUNE - CEO Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), Rosan Roeslani, menggelar pertemuan strategis dengan CEO Lubrizol, Rebecca Liebert, di tengah upaya agresif pemerintah menarik investasi dari perusahaan kimia global milik konglomerat Warren Buffett tersebut. Meskipun Danantara membuka lebar pintu kerja sama, pihak Lubrizol mengisyaratkan akan menerapkan pendekatan cermat sebelum menanamkan modalnya untuk fasilitas manufaktur di Indonesia.
Dalam pertemuan tersebut, Rosan menyampaikan pihaknya siap menjajaki kolaborasi dengan Lubrizol, terutama dalam proyek-proyek strategis yang dapat memberikan dampak jangka panjang bagi perekonomian nasional. Ia menegaskan posisi Indonesia yang terbuka dan siap mendukung ekspansi perusahaan asal Amerika Serikat itu.
“Danantara mengapresiasi komitmen Lubrizol terhadap Indonesia dan terbuka untuk menjajaki bentuk kerja sama yang konkret serta berdampak jangka panjang bagi pembangunan ekonomi nasional,” kata Rosan melalui unggahan pada akun Instagram pribadinya, Senin (28/7).
Lebih lanjut, Rosan menjelaskan pertemuan tersebut secara spesifik membahas berbagai topik penting, mulai dari arah pembangunan Indonesia menuju 2030 hingga strategi ekspansi Lubrizol di kawasan Asia Pasifik. Menurutnya, diskusi ini sangat relevan dengan agenda transformasi ekonomi yang tengah dijalankan pemerintah Indonesia, dengan Danantara melihat potensi sinergi yang kuat dalam hal transfer teknologi, penguatan industri strategis, dan pembangunan berkelanjutan.
Salah satu fokus utama dalam diskusi adalah ketertarikan Lubrizol mendukung ekosistem energi, pertambangan, dan industri makanan di Indonesia. Dukungan ini, menurut Rosan, dapat diwujudkan melalui penguatan rantai pasok lokal dan penerapan inovasi teknologi canggih milik Lubrizol.
Meskipun pertemuan tersebut menunjukkan sinyal positif, Rebecca, dalam sebuah kesempatan terpisah, memberikan pandangan lebih terukur. Dalam acara Media Briefing di Jakarta, Kamis (24/7), ia menegaskan Indonesia merupakan pasar penting di ASEAN karena populasi besarnya yang mendekati 300 juta jiwa.
Namun, ketika dikonfirmasi mengenai rencana pembangunan pabrik, Rebecca tidak memberikan jawaban pasti. Ia mengindikasikan langkah tersebut akan diambil jika waktu dan permintaan pasar telah sesuai.
“Kami benar-benar akan membangun pabrik di Indonesia pada waktu dan permintaan yang tepat,” kata Rebecca.
Untuk saat ini, ia mengatakan Lubrizol masih akan mengandalkan suplai dari fasilitas regional di Cina, Singapura, dan sejumlah negara lain. Meski begitu, Rebecca menyatakan pembangunan fasilitas manufaktur lokal adalah sebuah keniscayaan pada masa mendatang.
Sembari menunggu momen tepat investasi manufaktur, Rebecca menekankan Lubrizol telah aktif di pasar domestik melalui kemitraan. Ia menyatakan pihaknya telah memiliki mitra lokal di Indonesia dan akan terus terbuka terhadap kerja sama dengan pihak ketiga serta produsen lokal sebagai bagian dari strategi bisnisnya.
“Kami memiliki banyak mitra lokal, dan potensi kerja sama masih terbuka lebar. Jadi, kami memanfaatkan pihak ketiga dan produsen lokal yang kami gunakan untuk mendukung operasi kami,” ujarnya.