Nestle Andalkan Citra Satelit Canggih Airbus untuk Reboisasi
Nestle menargetkan penanaman 200 pohon.
Jakarta, FORTUNE - Nestle akan menggunakan citra beresolusi tinggi dari konstelasi satelit Pleiades Neo untuk membantu memastikan bahwa pohon yang ditanam di berbagai wilayah pemasok bahan baku perusahaan terus tumbuh subur dalam jangka panjang.
Nestlé Executive Vice-President and Head of Operations, Magdi Batato, mengatakan guna mengoptimalkan upaya ini, perusahaan memanfaatkan satelit Pleiades Neo milik Airbus untuk memantau proses penanaman.
Batato menjelaskan, cara ini akan membantu Nestlé menunjukkan jumlah karbon yang diserap dari atmosfer dalam inisiatif Global Reforestation Program, yang merupakan salah satu pilar utama dari upaya perusahaan mencapai ambisi nol emisi pada tahun 2050.
“Menanam pohon di sekitar wilayah pemasok bahan baku adalah bagian penting dari peta jalan aksi iklim kami, di samping dekarbonisasi rantai pasokan dan juga dekarbonisasi kegiatan operasional,” ujarnya dalam keterangan pers, Kamis (⅘).
Melalui Program Reboisasi Global, pihaknya menargetkan untuk menanam 200 juta pohon di wilayah pemasok bahan baku pada tahun 2030.
“Harapannya, kami dapat menyerap 2 juta ton CO2e melalui upaya ini,” katanya, menambahkan. Ia berharap kemitraan ini dapat menjadi solusi inovatif untuk mengatasi isu perubahan iklim.
Pemanfaatan citra satelit Pléiades Neo
Nestle akan menggunakan citra satelit Pléiades Neo untuk pertama kalinya di provinsi Ranong dan Chumphon di Thailand Selatan, di mana upaya reboisasi telah berlangsung sejak tahun lalu.
Konstelasi satelit Pléiades Neo akan memantau lebih dari 150.000 pohon perindang selama 20 tahun di kebun-kebun yang memasok Nestlé dengan bahan baku kopi.
Pohon perindang membantu mencegah kopi terpapar sinar matahari secara berlebihan. Oleh karena itu, upaya reboisasi dapat meningkatkan hasil panen dan produktivitas kebun dalam jangka panjang, sekaligus menyerap karbon dari atmosfer.
Belajar dari penggunaan pertama ini, Nestle akan menentukan apakah upaya serupa dapat diperluas ke lokasi-lokasi lain di seluruh dunia.
Airbus Executive Vice-President and Head of Connected Intelligence, Karen Florschtuz, menjelaskan bahwa pemantauan reboisasi, baik yang alami maupun yang dilakukan oleh manusia sama pentingnya dengan pemantauan deforestasi.
“Utamanya terkait dengan upaya memulihkan wilayah penyerap karbon alami dan memastikan keberlanjutan kegiatan manusia,” katanya.
Pleiades Neo memiliki resolusi pencitraan 30 cm, kapasitas akuisisi gambar tertinggi, dan konfigurasi spektral yang kaya. Kemampuan ini membuat Pléiades Neo sangat cocok untuk memantau proyek reboisasi di wilayah yang luas dan terpencil.
Nestle telah menggunakan teknologi Airbus dan Earthworm Starling sejak tahun 2016 untuk memeriksa risiko deforestasi di sekitar wilayah penyedia bahan baku. Dengan Pleiades Neo, Nestle meningkatkan kemampuan pemantauannya, menerapkan pendekatan yang sama untuk keperluan restorasi dan regenerasi lahan.
Di Tanah Air, Nestle Indonesia juga menerapkan langkah keberlanjutan. Salah satunya misi mencapai status plastic neutrality. Upaya ini dilakukan adalah dengan mengumpulkan semua plastik yang digunakan dalam produk mereka.
Menurut CEO Nestle Indonesia, Ganesan Ampalavanar, strategi untuk mencapai target tersebut adalah dengan membangun 15 unit Tempat Pengolahan Sampah - Reduce Reuse Recycle (TPS3R) di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa DKI Jakarta. Ada pula upaya kolaborasi dengan 26 perusahaan daur ulang plastik di wilayah tersebut dan masih akan terus bertambah.