Jakarta, FORTUNE - Popularitas TikTok yang kian meroket berhasil mengantarkan Zhang Yiming, pendiri dan mantan CEO ByteDance, menjadi orang terkaya di China pada 2024. Hurun Research Institute merilis laporan Hurun China Rich List 2024 pada Selasa, yang mencatat Zhang, usia 41 tahun, menempati posisi teratas dengan kekayaan bersih mencapai US$49,3 miliar.
Zhang menjadi orang ke-18 yang meraih predikat tersebut sejak daftar ini pertama kali dibuat pada 1999. Ia menggantikan Zhong Shanshan, pendiri Nongfu Spring, yang memimpin selama tiga tahun berturut-turut.
ByteDance, perusahaan yang menaungi TikTok, Douyin, dan platform berita Toutiao, kini memiliki valuasi sebesar US$225 miliar, dengan TikTok berkontribusi sebesar US$100 miliar dari nilai tersebut. Wedbush Securities melaporkan bahwa lonjakan nilai TikTok didukung oleh algoritmanya yang canggih.
“Algoritma ini telah menggandakan atau bahkan melipatgandakan nilai TikTok,” kata analis Wedbush Dan Ives, mengutip Fortune.com (30/10).
TikTok tetap populer di tengah ancaman larangan dari AS yang mempertanyakan keamanan data pengguna Amerika. Meski mundur sebagai CEO pada 2021, Zhang masih memiliki 20 persen saham ByteDance.
Rekam jejak Zhang Yiming
Perjalanan Zhang menuju kesuksesan tak lepas dari upaya kerasnya sejak masa kuliah di Universitas Nankai, Tianjin. Selama itu, Zhang mengambil berbagai pekerjaan sampingan, seperti membangun situs web dan memperbaiki komputer. Ia pernah bekerja di Microsoft, tapi itu tak berlangsung lama.
“Selama saya di Microsoft, saya pada dasarnya membaca buku setengah hari dan bekerja setengah hari,” katanya pada 2014 dalam wawancara dengan Super Talk.
“Tidak banyak hal menantang yang bisa dilakukan. Sebagian besar waktu, saya cukup menganggur," katanya, menambahkan.
ByteDance yang berdiri pada 2012 kini telah mencatatkan aplikasi TikTok dengan lebih dari 3 miliar unduhan pada 2022. Meski demikian, masa depan ByteDance di pasar global menghadapi tantangan besar.
Dalam wawancara pada 2017, Zhang menyampaikan pandangannya tentang ekspansi internasional ByteDance. "Jika [dan] ketika perusahaan China pergi ke luar negeri, mereka dapat mengatasi masalah budaya," ujarnya.
"Akankah pasar luar negeri besar? Saya optimis sekaligus pesimis tentang hal ini," katanya.