Riset LinkedIn Ungkap 5 Skill yang Diperlukan di Era AI
Kemampuan belajar dan softskill paling utama.
Jakarta, FORTUNE - Keterampilan yang dibutuhkan pada suatu pekerjaan berubah sebesar 68 persen pada tahun 2030 akibat dampak disrupsi AI, di mana 97 persen perusahaan di Indonesia berencana meningkatkan Skill para karyawannya tahun ini. Saat ini, terdapat lima skill yang dianggap penting di tengah era kecerdasan buatan, meliputi problem solving (37 persen), AI (35 persen), IT & web (28 persen), critical thinking (27 persen), dan skill komunikasi (25 persen).
Rohit Kalsy, Country Lead Indonesia di LinkedIn, mengatakan dalam setahun terakhir, narasi didominasi oleh kemajuan teknologi, terutama integrasi AI ke dalam alur kerja bisnis. Sekarang, kita sedang menyaksikan pergeseran skill yang nyata, baik skill teknis maupun soft skill, untuk berhasil di tengah disrupsi AI ini.
"Sejalan dengan kesadaran tersebut, kami melihat jumlah pengguna yang berinteraksi dengan konten AI di LinkedIn Learning Hub meningkat 5 kali year-on-year secara global. Perusahaan dan profesional harus mengadopsi keadaan pembelajaran yang lebih sustainable," ujarnya.
Lebih jauh lagi, penelitian LinkedIn menguraikan perubahan keterampilan hingga preferensi Pegawai yang diinginkan perusahaan. Penelitian terbaru LinkedIn dilakukan oleh Censuswide, dengan sampel sebanyak 4.323 Manajer Perekrutan (manajemen menengah ke atas) berusia 18-77 di Inggris, Irlandia, Prancis, Jerman, Italia, Spanyol, Amerika Serikat, India, Australia, Singapura, Jepang, Indonesia, Cina, Belanda, Swedia, Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA), dan Brasil. Data dikumpulkan antara tanggal 15 Desember 2023 hingga 4 Januari 2024. [Censuswide tunduk pada dan mempekerjakan anggota Masyarakat Riset Pasar dan mengikuti kode etik MRS yang didasarkan pada prinsip-prinsip ESOMAR.]
Soft skills berpadu kemampuan untuk belajar menjadi semakin penting
Ada 97 persen perusahaan di Indonesia mengamati perubahan substansial dalam keterampilan dan kualifikasi yang mereka prioritaskan pada calon pekerja. Para karyawan pun diharapkan tidak hanya memiliki skill AI, tetapi juga soft skill dan keinginan belajar hal baru.
Menurut Workplace Learning Report terbaru dari LinkedIn, sebanyak 95 persen profesional Learning & Development (L&D) di Asia Tenggara percaya bahwa keterampilan manusia semakin menjadi kompetitif dalam ekonomi kita.
Secara khusus, 'komunikasi' telah menjadi keterampilan yang paling dicari di daftar LinkedIn untuk tahun 2024 di semua negara di Asia Pasifik, meliputi Indonesia, Australia, Ciina, India, Jepang, Filipina, dan Singapura.
Selain itu, 43 persen manajer perekrutan di Indonesia menganggap potensi pertumbuhan individu dan kemampuan untuk belajar menjadi faktor paling penting ketika mengevaluasi kandidat internal maupun eksternal.
Membangun budaya pembelajaran yang sustainable untuk tetap relevan
Sebanyak 97 persen perusahaan di Indonesia juga akan mempersiapkan karyawan mereka untuk mampu berkompetisi di masa depan dengan meningkatkan kemampuan mereka untuk meningkatkan rasa percaya diri dan keamanan kerja.
Bahkan, hampir 6 dari 10 (57 persen) profesional HR di Indonesia akan menyediakan program pelatihan dan pengembangan online, serta memberikan kesempatan untuk eksperimen langsung menggunakan tools generative AI. Angka ini juga merupakan yang tertinggi di antara negara Asia Pasifik lainnya.
Mobilitas internal menjadi hal yang menarik bagi para karyawan
Sebuah survei terbaru terhadap para pimpinan perusahaan di Asia Tenggara mengungkapkan bahwa mobilitas internal menjadi faktor yang semakin penting dalam menarik dan mempertahankan karyawan terbaik perusahaan. 6 dari 10 (62%) pimpinan perusahaan di Indonesia memprioritaskan jenjang karier di tahun ini, lebih banyak daripada negara di Asia Pasifik lainnya seperti Singapura (52 persen), India (48 persen), dan Australia (39 persen).
Untuk membantu perusahaan beralih ke pendekatan yang berorientasi pada skill, LinkedIn memperkenalkan pengalaman berbasis AI yang inovatif, mencakup:
- Tools seperti Recruiter 2024, perekrutan yang dibantu kecerdasan buatan dari LinkedIn, untuk memungkinkan perekrut dengan cepat mengakses rekomendasi kandidat berkualitas. Fitur-fitur ini akan diluncurkan di Asia Pasifik pada akhir Februari.
- LinkedIn meluncurkan pelatihan yang didukung oleh AI di LinkedIn Learning, chatbot yang memberikan saran secara real-time dan rekomendasi konten yang disesuaikan dengan jabatan dan tujuan karier pengguna, serta keterampilan yang mereka ikuti. Saat ini, ini tersedia untuk pelanggan Asia Pasifik dan berbahasa Inggris.
- Awal Maret nanti, LinkedIn akan meluncurkan fitur career development dan mobilitas internal baru di dalam LinkedIn Learning untuk membantu karyawan mempelajari skill penting lainnya. Fitur ini akan tersedia dalam Bahasa Indonesia, Inggris, Hindi, Jepang, Melayu, dan lain-lain.
Rohit mengatakan, para pemimpin bisnis menyadari bahwa cara lama dalam perekrutan tidak lagi relevan di era pekerjaan baru yang dibentuk oleh AI, di mana keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan yang sama akan berubah sebesar 68 persen pada tahun 2030.
Setiap menitnya, kata Rohit, LinkedIn membantu 7 orang untuk dipekerjakan dan 140 jam konten pembelajaran dikonsumsi. Berdasarkan hal ini, kami telah meningkatkan solusi perekrutan dan pembelajaran untuk membantu perusahaan merekrut dan mempertahankan talenta terbaik.
"Kami berkomitmen untuk memberdayakan setiap bisnis dan profesional di Indonesia dan di seluruh dunia agar dapat beradaptasi dan berkembang di lingkungan bisnis yang berkembang pesat ini," ujarnya.