BUSINESS

Shell Berencana PHK 20% Karyawan, Ada Apa?

Melakukan efisiensi dan fokus menaikkan profitabilitas.

Shell Berencana PHK 20% Karyawan, Ada Apa?Logo SPBU Shell. Shutterstock/Willy Barton
12 September 2024

Jakarta, FORTUNE - Shell plc, raksasa minyak dan gas, berencana memangkas 20 persen tenaga kerjanya. Pemangkasan ini diperkirakan akan berdampak pada staf eksplorasi minyak dan gas, menurut laporan dari Reuters. Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa divisi eksplorasi, pengembangan, serta subsurface perusahaan akan mengalami restrukturisasi, dengan dampak PHK yang akan dirasakan di kantor Shell di Houston dan Den Haag. Kantor Shell di Inggris juga mungkin terdampak, meskipun dalam skala lebih kecil.

Sejak Wael Sawan menjabat sebagai CEO baru Shell, perusahaan ini fokus pada peningkatan nilai bagi pemegang saham dengan meningkatkan kinerja dan menyederhanakan operasi bisnisnya. Salah satu bagian utama dari strategi ini adalah pengurangan biaya sebesar US$2 hingga US$3 miliar pada akhir tahun 2025. Shell juga telah menjual beberapa kilang minyaknya dan mengurangi investasi di sektor energi terbarukan. Pada tahun 2022, perusahaan ini menjual Kilang Deer Park kepada Pemex dan kilang di Mobile, Alabama kepada Vertex Energy.

Keputusan Shell untuk mengurangi tenaga kerja di Houston kemungkinan akan berdampak signifikan pada Kota Houston, sebab lanskap tenaga kerja di Houston telah didominasi oleh industri minyak dan gas selama beberapa dekade. Shell adalah salah satu perusahaan energi terbesar di Houston, dengan mempekerjakan sekitar 9.000 pekerja di wilayah tersebut. Namun, PHK ini belum dikonfirmasi, menurut Reuters.

Sebagai salah satu pemain energi terbesar di dunia, Shell telah membantu Houston mengukuhkan posisinya dalam peta energi global. Namun, perusahaan kini mulai mengurangi operasinya di wilayah tersebut. Dalam laporan Energy Transition Strategy 2024, Shell menyatakan akan menutup sekitar 1.000 stasiun pengisian bahan bakar dalam dua tahun ke depan. Perusahaan akan mengalihkan sumber dayanya untuk memperluas layanan terkait kendaraan listrik.

Pada puncaknya, industri minyak dan gas menjadi penyedia lapangan kerja terbesar, sekaligus kontributor utama bagi perekonomian Houston. Namun, seiring waktu, industri ini mengalami konsolidasi yang cepat dan menjadi lebih efisien. Saat ini, industri minyak dan gas merupakan sektor pekerjaan kelima terbesar di Houston, di belakang layanan kesehatan, ritel, perhotelan, dan pemerintahan.

Dampak transisi energi

Perusahaan-perusahaan di sektor ini sekarang fokus pada produksi minyak mentah yang lebih banyak dengan jumlah karyawan yang lebih sedikit untuk mengurangi biaya. Pengurangan pengeluaran ini sangat dipengaruhi oleh tekanan besar untuk mengembalikan modal kepada pemegang saham. Akibatnya, perusahaan berupaya mengurangi belanja modal dan mengarahkan keuntungan untuk meningkatkan nilai bagi pemegang saham.

Melansir Yahoo Finance, pada tahun 2013, Shell dan banyak pemain besar lainnya di sektor energi mengalokasikan lebih dari US$250 miliar untuk menciptakan lapangan kerja. Namun, anggaran tersebut secara perlahan berkurang, dan Shell kini bekerja dengan anggaran hampir separuh dari sebelumnya.

Menurut laporan analis, Shell saat ini menghabiskan jauh lebih banyak anggaran untuk aktivitas eksplorasi dan produksi dibandingkan dengan para pesaingnya. Fokus baru-baru ini pada pengurangan pengeluaran mungkin bertujuan untuk menyelaraskan perusahaan dengan standar industri saat ini. Selain itu, investor kini mengkhawatirkan dampak transisi dari bahan bakar fosil terhadap profitabilitas perusahaan. Akibatnya, perusahaan harus lebih disiplin dan berhati-hati dalam keputusan investasinya untuk menavigasi perubahan menuju energi rendah karbon.

Perusahaan energi besar kini dihadapkan pada pertanyaan besar tentang seberapa besar mereka harus berinvestasi dalam eksplorasi dan pengembangan proyek jangka panjang terkait bahan bakar fosil di tengah proyeksi penurunan permintaan minyak. S&P Global memperingatkan bahwa pengurangan belanja eksplorasi minyak baru-baru ini mungkin mengakibatkan kesenjangan antara pasokan dan permintaan di masa depan.

Meskipun penurunan permintaan minyak diantisipasi, bahan bakar fosil diperkirakan masih akan menjadi bagian dari kebutuhan energi dunia selama beberapa dekade mendatang. Oleh karena itu, perusahaan minyak harus secara hati-hati menyeimbangkan investasinya untuk memastikan mereka dapat memenuhi kebutuhan masa depan sambil beradaptasi dengan kondisi pasar yang terus berubah.

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.