Spotify: Karyawan Bukan Anak-Anak, Kerja Harus Fleksibel
Tak semua pekerjaan harus dilakukan di kantor setiap saat.
Jakarta, FORTUNE - Spotify kembali menegaskan komitmennya terhadap kebijakan Work From Anywhere (WFA) atau bekerja dari mana saja, di tengah maraknya perusahaan teknologi yang mewajibkan karyawan kembali bekerja di kantor. Kepala Sumber Daya Manusia Spotify, Katarina Berg, menekankan bahwa perusahaan tidak perlu memperlakukan stafnya seperti "anak-anak" dengan membatasi fleksibilitas mereka.
"Anda tidak bisa menghabiskan banyak waktu merekrut orang dewasa, lalu memperlakukan mereka seperti anak-anak," ujar Berg kepada Raconteur, melansir Fortune.com (9/10). Ia juga menjelaskan bahwa kebijakan kerja fleksibel Spotify sejalan dengan karakter perusahaan yang telah "digital sejak awal."
“Pekerjaan bukanlah tempat yang Anda datangi, melainkan sesuatu yang Anda lakukan,” tambahnya, menggarisbawahi filosofi Spotify tentang pekerjaan jarak jauh.
Kebijakan kerja jarak jauh ini diperkenalkan pada Februari 2021, ketika Spotify mengizinkan karyawan untuk bekerja dari mana saja selama perusahaan memiliki kantor di yurisdiksi terkait. Langkah ini diambil untuk meningkatkan keseimbangan kerja-hidup serta memperkuat retensi dan keberagaman bakat.
Strategi menarik karyawan kembali ke kantor
Spotify telah mempertahankan kebijakan WFA ini meskipun banyak perusahaan teknologi lain, seperti Meta dan Amazon, mulai menerapkan model kerja hibrida atau mewajibkan karyawan kembali sepenuhnya ke kantor. Berg mengatakan, perusahaan tidak akan mengikuti tren tersebut hanya demi menyesuaikan diri.
"Lebih sulit dan kita semua berjuang untuk berkolaborasi dalam lingkungan virtual," kata Berg, seraya mengakui tantangan bekerja dari jarak jauh.
"Tapi apakah itu berarti kita akan mulai memaksa orang untuk datang ke kantor begitu ada tren untuk itu? Tidak," katanya, menambahkan. Dia juga menegaskan, tak semua pekerjaan harus dilakukan di kantor setiap saat.
Spotify tetap menggunakan cara-cara inovatif untuk mendorong kehadiran karyawan di kantor, seperti mengadakan sesi "listening lounge" yang menampilkan artis-artis populer seperti Olivia Dean dan Rag 'n' Bone Man. Selain itu, staf didorong untuk hadir selama "minggu inti" Spotify untuk terhubung kembali dan mendiskusikan strategi perusahaan.
Meskipun kebijakan fleksibel tetap dipertahankan, perubahan besar dalam internal perusahaan, termasuk pemutusan hubungan kerja (PHK) massal pada Desember lalu, berdampak signifikan. Saat itu, Spotify memotong 17% dari total tenaga kerjanya, atau sekitar 1.500 karyawan. CEO Daniel Ek mengakui bahwa pengurangan ini memengaruhi operasional lebih dari yang diperkirakan.
Berg mengatakan bahwa banyak karyawan yang tersisa masih dalam keadaan terkejut setelah PHK besar-besaran tersebut. "Spotify telah berada dalam fase pertumbuhan hiper, dan inilah satu-satunya hal yang diketahui orang. Banyak orang di Spotify belum pernah mengalami resesi, dan ini sangat sulit untuk diserap dan dicerna," tutupnya.