BUSINESS

Strategi Loreal dan Erajaya Bangun Budaya Adaptif Tahan Krisis

Jurus menghadapi tantangan zaman dan pasang surut perusahaan

Strategi Loreal dan Erajaya Bangun Budaya Adaptif Tahan KrisisSesi Triple Crown of Growth: Leadership, GCG, Fit Strategy, Fortune Indonesia Summit 2022 di The Westin, Jakarta, Rabu (18/5)/Herkayanis
18 May 2022

Jakarta, FORTUNE - Kejayaan bisnis tak dibangun dalam semalam. Ada tiga pilar penting yang harus dipikirkan dengan matang untuk membangun bisnis jangka panjang. Tak melulu urusan meraup laba, taktik menghadapi krisis juga harus dipikirkan dengan matang. Dalam menghadapi tantangan zaman, mutlak diperlukan agile culture dan inovasi di seluruh elemen bisnis.

Berbagai strategi jitu hingga aplikasi bisnis praktis dipaparkan Umesh Phadke Presiden Direktur L'Oreal Indonesia dan Budiarto Halim CEO Erajaya Swasembada dalam talkshow bertajuk Triple Crown of Growth: Leadership, GCG, Fit Strategy, Fortune Indonesia Summit 2022 di The Westin, Jakarta, Rabu (18/5). 

SDM adalah aset penting

Budiarto Halim CEO Erajaya Swasembada

Budiarto Halim bersama kakak iparnya, Ardy Hardy Wijaya memulai membangun jaringan distribusi ponsel pada tahun 1996 lewat bendera PT Erajaya Swasembada. Langkah kecilnya dimulai ketika ia membuka sebuah toko di ruko kecil yang berukuran 7 x 5 meter.

"Itu adalah embrio PT Erajaya Swasembada," katanya.

Pasang surut perusahaan telah melewati tiga fase zaman. Pertama masa berdiri sampai IPO 2011, dari IPO sampai pandemi Covid-19, dan masa pandemi Covid-19. Tiap fase dihadapi dengan keyakinan hingga mencapai milestone membesarkan bisnis,

“Dua milestone penting. Pertama ditunjuk jadi distributor Nokia yang kala itu pendatang baru di industri. Kedua, ketika ditunjuk Indosat kala itu menjadi mitra. Kemudian tiba pandemi dan bertahan melewatinya berkat inovasi. Semuanya tak lepas dari keyakinan dan tim Erajaya yang solid. SDM adalah aset terpenting di perusahaan,” katanya.

Hal senada diungkap Umesh Padkhe, dalam membangun L'Oreal Indonesia di masa pandemi, harus jeli melihat peluang yang ada. Meskipun saluran penjualan produk terhambat, tetapi edukasi kepada SDM justru digencarkan. 

“Ketika pandemi kita ada hybrid training program dan banyak employee kita didik untuk memanfaatkan saluran penjualan online dan kanal digital. Kedua, kita perkenalkan program perusahaan lewat kerja sama dengan memberikan kursus gratis dibiayai perusahaan. Lalu diberikan juga pendidikan, sehingga mereka bisa belajar data manajemen hingga politik global. Ketika offline plus online semua bekerja baik dan ini berjalan tiga tahun terakhir,” ujar Umesh.

Terbuka pada ide baru dan menyesuaikan perubahan zaman

Budiarto Halim CEO Erajaya Swasembada

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.