Survei: CEO Paksa Karyawan WFO karena Tak Mau Rugi Investasi Gedung
Alasan kembali ke kantor bukan soal produktivitas.
Jakarta, FORTUNE - Seperti Elon Musk, sepertiga pemimpin perusahaan mengakui bahwa mereka mendorong kebijakan kembali ke kantor (Return to Office/RTO) lantaran kesal melihat uang terbuang percuma akibat meja-meja kosong yang tidak terpakai.
Sebuah laporan dari Resume.org mengungkap bahwa perjanjian sewa kantor jangka panjang menjadi faktor utama di balik kebijakan tersebut, bukan produktivitas karyawan. Dari hasil survei terhadap 900 pemimpin bisnis, sekitar 600 di antaranya berasal dari perusahaan yang masih mempertahankan ruang kantor fisik.
"Lebih dari separuh pemimpin perusahaan mengatakan perjanjian sewa kantor menjadi dasar dari mandat RTO," tulis laporan tersebut. Sebanyak 16 persen menyebutkan sewa kantor memiliki “dampak signifikan,” sementara 38 persen mengakui hal itu memiliki pengaruh dalam tingkat tertentu.
Sekitar separuh perusahaan yang disurvei memiliki kontrak sewa kantor yang baru berakhir paling cepat pada tahun 2028. Namun, ada catatan positif. “Satu dari sepuluh perusahaan mengakui akan mencabut kebijakan RTO setelah masa sewa berakhir,” sebut laporan tersebut.
Selain itu, sekitar seperempat pemimpin perusahaan menyatakan akan mengurangi ruang kantor saat memperbarui perjanjian sewa. Meski demikian, gagasan untuk memanfaatkan ruang kantor yang sudah dibayar tetap menjadi pemicu emosional bagi para atasan.
“Kami sudah membayar ruang kantor, jadi kami ingin menggunakannya,” ujar salah seorang pemimpin bisnis.
Brian Elliott, CEO Work Forward, menilai faktor ekonomi terkait sewa kantor dalam dorongan RTO sebenarnya kecil. “Kadang perusahaan memiliki komitmen minimal dengan vendor di dalam gedung, seperti kedai kopi atau restoran,” katanya, melansir Fortune.com (18/12). Namun, ia menambahkan, hal itu hanya berlaku jika bisnis menyewa atau memiliki seluruh bangunan.
Upaya perusahaan memaksimalkan ruang kantor
Fenomena kebijakan RTO ini terus berkembang, seiring dengan upaya perusahaan untuk memaksimalkan ruang kantor yang sudah terlanjur disewa.
Lebih jauh, Elliott menyebut pemandangan kantor kosong memicu kekhawatiran para eksekutif. “Salah satu CEO berkata kepada saya, ‘Saya tidak tahu apakah mereka berjalan-jalan dengan anjing selama empat jam di rumah, tetapi saya tahu mereka tidak mungkin melakukannya jika mereka berada di kantor,’” ungkap Elliott.
Elon Musk, pendukung vokal kebijakan kerja di kantor, pernah memerintahkan karyawan Tesla untuk bekerja secara langsung selama 40 jam per minggu atau dianggap mengundurkan diri. Saat memimpin X (sebelumnya Twitter), Musk bahkan mengancam memecat karyawan yang tetap ingin bekerja dari rumah.
Baru-baru ini, Musk menuding minimnya kehadiran pegawai federal di kantor menyebabkan pemborosan anggaran pemerintah hingga 2 triliun dolar AS. “Secara harfiah ribuan gedung kosong, tidak hanya di Amerika, tetapi di seluruh dunia, semuanya dibayar menggunakan pajak Anda!” tulis Musk di X.